Unila Beri Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural
Foto bersama usai Unila Beri Pelatihan Pembuatan E-Modul Tematik Kearifan Lokal Berbasis Pendidikan Multikultural Bagi Kelompok Kerja Guru (KKG) Ki Hajar Dewantara, Kecamatan Negara Batin, Kabupaten Waykanan. Foto Tim Pengabdian Dosen Unila .--
RADARLAMPUNG.CO.ID - Pendidikan di Indonesia seiring berjalannya waktu senantiasa terus memperbaiki dan mengembangkan berbagai strategi agar tercapainya tujuan pendidikan yang lebih baik dan lebih maju.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi peningkatan capaian pendidikan.
Orientasi penerapan kurikulum ini pada pembelajaran di sekolah adalah menekankan pada aspek pengalaman belajar yang sesuai dengan minat dan bakat serta jenjang pendidikan peserta didik.
BACA JUGA:Jadi Lebih Efektif, Petani di Mesuji Lampung Gunakan Drone untuk Menyiram Pupuk
Untuk tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), pemerintah menerapkan pembelajaran tematik integratif.
Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema (Kemendikbud, 2013).
Pembelajaran tematik integratif memerlukan perencanaan dan organisasi agar dapat mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal.
Terdapat lima bidang utama yang menjadi bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran tematik yang efektif dan efisien, sesuai dengan pendapat Meinbach, Rothelin dan Fredericks (2005) yang menyatakan: As you might expect, thematic teaching requires some planning and organization in order to make it successful. Our own experiences as well as those of teachers with whom we have talked around the country, have indicated that there are five primary areas to consider in designing an effective and successful thematic unit. These include : (1) selecting the theme, (2) organizing the theme, (3) gathering material and resources, (4) designing activities and projects, (5) implementing the unit”.
Situasi pendidikan saat ini menuntut untuk agar guru dan siswa dapan menyesuaikan diri untuk belajar menggunakan sumber tematik integratif diperlukan untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran tematik integratif.
Pemerintah sebagai pencetus Kurikulum 2013 sebenarnya telah menyediakan fasilitas baik bagi guru maupun siswa untuk mendukung 9 pelaksanaan kurikulum.
BACA JUGA:Jadi Lebih Efektif, Petani di Mesuji Lampung Gunakan Drone untuk Menyiram Pupuk
Namun, fasilitas yang diberikan berupa buku ajar pegangan guru maupun buku paket untuk siswa di dalamnya masih memuat pembelajaran yang terlalu universal dan nasionalis belum ada yang memuat ke multikultural yang sifatnya kedaerahan.
Padahal, jika potensi ke multikultural ini dikembangkan bisa menjadi potensi sumber belajar siswa, guru dapat memanfaatkan keanekaragaman di lingkungan untuk menjadi bahan ajar dan siswa dapat langsung belajar dengan fenomena-fenomena di lingkungan terdekatnya atau bahkan pernah mereka lihat atau alami.
Sebab lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan proses pembelajaran tematik integratif adalah para guru mayoritas belum mampu mengembangkan bahan ajar, hanya terfokus pada pahan ajar yang diberikan oleh pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: