RADARLAMPUNG.CO.ID - Belum lama ini, sosok desainer muda sukses mencuri perhatian dalam kompetisi busana fashion show Festival Lampung Syariah (Flash) 2019. Ya, dia adalah Mayang Novita Sanjaya. Dara kelahiran Bandarlampung, 23 November 1997 ini merancang gaun yang dikenakan Ayu Feby Lestari selaku model yang sukses meraih Juara I.
Ternyata, Mayang –sapaan akrab Mayang Novita Sanjaya- sejatinya kini masih duduk di bangku semester 8 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manegent SDM, Institut Informatika dan Bisnis (IBI) Darmajaya. Melalui bakat yang dimilikinya, Mayang mencoba untuk tidak berpangku tangan dengan kedua orang tuanya.
Putri pasangan Sidik Sanjaya dan Puji Astuti ini lahir dari keluarga sederhana. Kendati begitu, bermodal kemauan dan keterampilan yang diperolehnya dari bangku SMK jurusan Tata Busana, dara anggun lulusan SMK Negeri 3 Bandarlampung ini kini sukses merintis usaha desainer. Ya, bisnis fashion designer dirintisnya dengan menelurkan brand melalui Instagram @mayang_kebaya_bdl.
’’Saya merintis bisnis fashion designer dengan harapan memperoleh biaya untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi,” ujar Mayang membuka perbincangan dengan wartawan koran ini.
Ya, saat dijumpai di kediamannya yang sekaligus dijadikan lokasi usahanya, Mayang sedikit banyak bercerita pahit manis pengalamannya yang harus jatuh bangun merintis usahanya. ’’Alhamdulillah berkat doa dan dukungan orang tua juga orang-orang terdekat, saya bisa menjalani bisis yang juga merupakan hobi saya ini,” tutur Mayang.
Tidak kurang empat tahun sudah bisnis fashion designer digandrunginya. Alhasil, sudah banyak pula masyarakat yang menggunakan hasil karyanya. Dirinya pun kerap memberanikan diri mengikuti event fashion designer. Baik lokal maupun berskala nasional.
Saat dikorek, ternyata jiwa entrepreneur mulai tumbuh sejak Mayang duduk di bangku SMK. Mengesampingkan gengsi, dia yang memang mengambil jurusan tata busana tak segan mengambil peluang dari teman-teman sekolahnya yang hendak merapihkan atau pun membuat pakaian bahkan seragam sekolah lebih terlihat trendi. Tak terkecuali para dewan guru.
’’Dulu waktu sekolah ada beberapa guru langganan minta saya buatkan baju. Ada baju seragam, ada juga baju untuk menghadiri acara resepsi. Walau jujur saya belum pandai memberikan harga, tapi yang penting tidak rugi,” kenang wanita yang juga aktif dalam kegiatan sosial dan komunitas otomotif Lampung ini.
[caption id=\"attachment_78694\" align=\"alignnone\" width=\"640\"] Mayang Novita Sanjaya berfoto bersama model peraga busana yang dirancangnya. FOTO IST. FOR RADAR LAMPUNG[/caption]
Lulus dari bangku SMK, sedikit muncul polemik saat hendak melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah. Singkat cerita, dirinya dituntut untuk cenderung mandiri untuk bisa melanjut ke bangku kuliah. Namun ia tetap kukuh mendaftar ke perguruan tinggi pilihannya. Hebatnya, jeda waktu untuk registrasi ulang di kampus yang ditujunya bisa dimanfaatkannya untuk mengumpulkan dana. Ya, dirinya memberanikan diri untuk mendaftar sebagai tenaga kerja di beberapa butik.
’’Saat waktu tiba masuk kuliah, mau tidak mau saya berhenti bekerja karena waktunya yang sedikit bertabrakan dengan jam kuliah. Sempat bingung si gimana mau bisa bantu biaya kuliah. Dan, dengan dukungan keluarga akhirnya saya putuskan untuk usaha fashion designer sendiri,” ucapnya.
Satu demi satu order diambilnya. Hingga suatu ketika dia dibuat kebingungan lantaran kebanjiran pesanan. Ya, situasi saat itu mendesaknya untuk mencari pegawai yang bisa membantunya, berikut alat produksi. Sementara, kondisi kantong sedang tak memungkinkan.
’’Satu-satunya benda yang bisa saya andalkan saat itu adalah Iphone6 yang saya dapat dari hasil tabungan saya. Dengan perhitungan matang, saya putuskan menjualnya untuk bisa membeli alat produksi. Sisanya masih bisa untuk beli ponsel yang sekiranya masih bisa membantu saya berkomunikasi juga mendukung usaha saya,” kenangnya.
Maklum saja, sebelum mengorbankan Iphone6 kesayangannya, dirinya hanya mengandalkan satu mesin jahit. Itu pun merupakan peninggalan sang nenek. Nah, dengan menjual ponsel kesayangannya, dirinya bisa menambah dua mesin jahit berikut beberapa alat pendukung lainnya.
’’Alhamdulillah saat ini saya bisa mengajak tetangga sekitar untuk bekerja membantu usaha saya. Dan terus berusaha memberikan pelayanan dan hasil yang terbaik dari hasil karya saya,” ucapnya syukur.
Video Dukementasi Saat Mayang Tampil Bersama Model yang Memperagakan Busana Rancangannya
[embed]https://youtu.be/amB4y95qGE8[/embed]
Video Ist. Mayang_kebaya_bdl
[caption id=\"attachment_78640\" align=\"alignnone\" width=\"1000\"] Selain sebagai entrepeneur muda, Mayang Novita Sanjaya pun aktif di konunitas otomotif, seperti dengan bergabung di Datsun Go Komuniti Indonesia (DGCI) dan White Car Comunity (WCC). FOTO IST. FOR RADARLAMPUNG.CO.ID[/caption]
Jangan Lupakan Bersedekah dan Aktif di Komunitas
POLA managent keuangan matang sudah coba diterapkan Mayang dalam usaha yang dijalankannya. Tidak lupa, ada tabungan akhirat yang juga tak dilupakannya.
Bahkan, untuk dirinya pribadi, dirinya menerapkan sistem gaji. Dengan harapan bisa mengerem pengeluaran yang tidak akan memangkas keuangan usahanya. ’’Jadi saya menggaji diri sendiri Rp3 juta per bulan,” sebutnya.
Lalu, setelah itu ada penyisihan freecash yang merupakan dana bersih setelah terpotong biaya operasinal produksi (BOP).
Nah, dari freecash itu dirinya menerapkan sitem 30-30-30-10. Dengan penjelasan, 30 persen untuk tabungan investasi; 30 persen saving; 30 persen kembali ke kas usaha; dan 10 persen sedekah.
’’Jadi jangan melulu memikirkan dunia, tapi juga tabungan akhirat. InsyaaAllah dengan bigitu ridho Allah juga bisa kita dapat dalam berusaha,” ucapnya.
[caption id=\"attachment_78693\" align=\"alignnone\" width=\"640\"] Mayang Novita Sanjaya berfoto bersama rekannya di komunitas sosial. FOTO IST. FOR RADAR LAMPUNG[/caption]
Selain itu, di sela-sela kesibukannya berbisnis, dirinya tetap menyempatkan diri untuk kegiatan sosial. Salah satunya dengan bergabung di komunitas Tangan di Atas (TDA). Dirinya pun aktif di konunitas otomotif, seperti dengan bergabung di Datsun Go Komuniti Indonesia (DGCI) dan White Car Comunity (WCC).
’’Berbaur dalam komunitas juga banyak manfaatnya kok. Seperti bisa menambah relasi, tidak hanya di Lampung tapi juga hingga ke luar daerah,” tukasnya. (sur)