Keterbatasan Akses Masih Membatasi Literasi Keuangan Masyarakat

Rabu 21-10-2020,18:18 WIB
Editor : Ari Suryanto

RADARLAMPUNG.CO.ID – Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, tingkat literasi keuangan atau pemahaman keuangan Provinsi Lampung ada di angka 31%. Masih di bawah angka nasional 38%, meskipun naik dari hasil survey tahun 2016 yang sebesar 26,91% secara nasional 29,7%. Namun, hal itu harus terus ditingkatkan, sedangkan tingkat Inklusi keuangan atau penggunaan produk dan jasa keuangan Provinsi Lampung, ada di angka 61,9% dibanding nasional 76,2%. Menurun bila dibandingkan hasil survey tahun 2016 yang sebesar 69,82% dibanding angka nasional 67,82%. Hal ini amat disayangkan karena keterbatasan akses terhadap jasa keuangan membatasi kesempatan masyarakat yang belum memiliki tingkat literasi keuangan yang cukup untuk berpartisipasi secara penuh dalam kegiatan-kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan taraf hidup. Upaya konsisten untuk mendorong angka literasi dan inklusi keuangan, platform fintech P2P lending terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) PT. Alfa Fintech Indonesia (KreditCepat) bersama PT. Pinduit Teknologi Indonesia (Pintek) menyelenggarakan talkshow dengan mahasiswa Universitas Mitra Indonesia, Rabu (21/10) secara daring melalui aplikasi komunikasi video untuk mengenalkan industry fintech peer-to-peer lending (P2P) serta pemahaman inovasi yang dilakukan fintech untuk mendorong mewujudukan inklusi keuangan di Indonesia. Rahmi Dwi Putri selaku Legal Manager KreditCepat mengatakan, pihaknya sangat berharap adanya kehadiran fintech P2P lending mampu meningkatkan pengetahuan terkait layanan keuangan berbasis digital dan membuka akses finansial yang lebih luas untuk masyarakat Bandarlampung. Data yang diterima Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama (AFPI), terkait bisnis pinjaman fintech peer to peer (P2P) lending telah mencapai Rp113,46 triliun hingga Juni 2020. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dirilis pada Rabu (12/8), nilai itu tumbuh 153,23% year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu hanya Rp44,8 triliun. Hal ini membuktikan bahwa industri P2P lending turut mendorong dan menggerakkan perekonomian negara, seiring dengan pertumbuhannya yang signifikan. Kezia Debora selaku Head of Marketing Pintek menambahkan, dengan adanya edukasi daring ini, pihaknya juga berharap masyarakat Bandarlampung dapat memanfaatkan layanan produk P2P lending untuk kebutuhan dalam menghadapi masa pandemic dan tetap waspada terhadap fintech ilegal. Acara yang dihadiri lebih dari 100 mahasiswa Universitas Mitra Indonesia ini dinilai menjadi bukti nyata bahwa masyarakat antusias untuk mengenal inovasi teknologi financial untuk mendorong inklusi keuangan Indonesia. (rls/sur)

Tags :
Kategori :

Terkait