Luhut Tegaskan Ini Saatnya Indonesia Rebut Potensi Medical Tourism!

Senin 10-01-2022,17:17 WIB
Editor : Ari Suryanto

Radarlampung.co.id – Belajar dari serangan pandemi dua tahun terakhir, sudah saatnya Indonesia lebih fokus pada ketahanan kesehatan. Sejalan dengan hal ini, ternyata saat ini pemerintah sedang menggencarkan upaya pengembangan medical tourism (wisata kesehatan). Kepastian itu diutarakan Menteri Koordinator  Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut B. Panjaitan kala menjadi penbicara dalam webinar bersama ratusan pemimpin redaksi dan pimpinan media cetak, online, dan televisi yang bernaung di bawah Disway National Network, Senin (10/1/2022). Webinar itu juga merupakan rangkaian pre-launching Disway National Network. Di mana, Komisaris Utama WSM Grup Dahlan Iskan hadir langsung di ruang kerja Menko Marves Luhut B. Panjaitan guna memoderatori jalannya webinar. ’’Kita akan bikin ketahanan kesehatan di dalam negeri,” tegas Luhut. Untuk tahap awal, memang tak perlu muluk-muluk. Tidak mesti 100 persen ketahan kesehatan terpenuhi. Tapi setidaknya ketika terjadi seperti pendemi dan semacamnya, Indonesia telah memiliki buffer industri di dalam negeri yang mampu digerakkan untuk penanganan dengan cepat. Menilik ke kasus pada 2021, sewaktu India kali pertama digegerkan Covid-19 varian Delta, awalnya Indonesia akan mendapat kiriman vaksin Astrazeneca dari India dengan kuota besar, namun justru mulai April disetop. Nyaris sama terjadi atas suplai vaksin dari Tiongkok. Lantaran negara tersebut sedang mendorong vaksinasi besar-besaran di dalam negeri, pengiriman vaksin untuk Indonesia pada akhir April pun harus terpangkas. Baru kemudian setelah presiden berkomunikasi, suplai vaksin untuk Indonesia dapat diprioritaskan kembali. ”Kedepan ketahanan kesehatan harus lebih siap,” tegas Luhut. Bicara tentang ketahanan kesehatan, tentu tak lepas dari kesiapan rumah sakit. Tim Kemenko Marves mencatat, terdapat 2.465 rumah sakit di Indonesia. Di mana, 64 persen merupakan rumah sakit swasta, 28 persen BUMD, dan 9 persen rumah sakit pusat. Tak hanya mengoptimalkan rumah sakit umum, tentu untuk menarik potensi medical tourism pun harus dibarengi dengan memaksimalkan jumlah unit rumah sakit spesialis. Begitu juga dengan sumber daya manusianya. Sebagai contoh, rumah sakit sepesialis kanker Onkologi Surabaya, tim Kemenko Marves mencatat RS tersebut hanya ditopang oleh 12 dokter. Dengan jumlah cabang dan dokter yang relatif kecil, tidak heran dengan kenyataan itu banyak orang Indonesia lantas berobat ke luar negeri. Berdasarkan rilis Bank Dunia pada tahun 2018, sekitar 60% turis medis di Malaysia berasal dari Indonesia. Sedangkan di Singapura, sekitar 45% turis medis berasal dari Indonesia. Kedepan, setidaknya ada 10 wilayah utama di mana pengeluaran outbound merupakan yang tertinggi untuk wisata medis yang diharapkan di masa depan. Yakni Jakarta, Medan, Bali, Riau, Kep. Riau, Balikpapan, Samarinda, Makasar, Palu, dan Palembang. Lalu berdasarkan riset yang dilakukan Roland Berger, untuk Jakarta, Medan, dan Bali terpilih sebagai kota yang berpotensi untuk dijadikan sebagai gubungan wisata medis di Indonesia Sebagai catatan, meski kita membuat rumah sakit intenasional, tapi orientasi awal adalah warga Indonesia yang berobat ke luar negeri harus berobat di negaranya sendiri. Karena itulah dipilih tiga kota besar. Khusus Bali, tidak hanya menggerakkan medical tourism, tapi juga wellness tourism. Sebab, selain pengobatan konvensional, banyak pengobatan alternatif seperti akupuntur, pengobatan hipnotis, dan alternatif wisata penyembuhan/kesehatan alami lainnya yang ramai dikunjungi oleh wisatawan di Bali. Dalam mematangkan pengembangan medical tourism, akan dimulai kerjasama dengan menggandeng universitas luar negeri. Yang intinya, ada dokter asing yang bekerja berdampingan dengan dokter lokal. Sehingga terjadi transfer kemampuan dari dokter asing tersebut. Usut punya usut, pemerintah telah sangat serius mengembangkan rumah sakit internasional di Bali. Rencana pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata medis Sanur, Bali, diperkirakan mencapai area total seluas lebih dari 41 hektar. Pengembangan KEK Sanur akan melalui berbagai tahapan. Mulai dari pengembangan RS dan renovasi hotel, hingga pengembangan kawasan yang mampu manarik kunjungan dari pengunjung baru. Sebagai rencana awal, kontruksi jangka pendek dilakukan pada tahun 2021 hingga 2023, meliputi pembangunan RS dan renovasi hotel. Dilanjutkan dengan kontruksi jangka menengah (2024-2025) berupa ekspansi pelayanan dan fasilitas. Lalu kontruksi 2027-2028 sebagai jangka panjang berupa operasional penuh, dengan ekspansi target pasar turis medis dari Asia Tenggara. ”Jadi kita desain bahwa kita adalah negara yang hebat. Indonesia adalah negara besar dan kaya, terlebih kedepan kita pun akan didukung dengan energi terbarukan yang hebat,” tegas Luhut di akhir webinar. (sur)

Tags :
Kategori :

Terkait