radarlampung.co.id– Beberapa nama bermunculan menuju Pemilihan Wali Kota (Pilwakot) tahun 2020. Diantaranya Rycko Menoza, Eva Dwiana, Kherlani dan Yusuf Kohar. Masing-masing dari nama tersebut memiliki kans tersendiri untuk memenangkan kursi BE 1 A. Namun, ada beberapa hal yang harus dilihat terlebih dahulu. Akademisi Universitas Lampung, Roby Cahyadi mengatakan, yang pertama harus diliihat adalah bagaimana situasi partai politik pserta Pilwakot tahun depan didasari oleh hasil pileg 2019. “Dilihat terlebih dahulu parpolnya. Siapa yang memiliki suara terbanyak dan apakah ada yang bisa mengusung sendiri atau tidak,” ujarnya, Rabu (17/7). Roby melanjutkan, jika memang tidak ada parpol yang mengusung sendiri tentunya lebih menarik ketika memang semua parpol membutuhkan untuk berkoalisi. “Setelah parpol yang dilihat nama-nama calonnya. Kan belum tentu hanya sebatas nama yang saat ini muncul saja. Sampai saat ini saya masih berpendapat, semakin banyak calon akan semakin menarik pertarungan Pilwakotnya,” kata dia. Kemudian, kata Roby, peluang person tersebut bisa dilihat dari siapa yang akan menjadi wakilnya. “Saat ini kan masih belum diketahui. Sebab tahapan belum mulai, dan parpol juga belum menentukan sikap secara konkret. Bisa saja nanti Eva berpasangan dengan Kherlani, atau bisa saja dengan Yusuf Kohar, atau mungkin saja dengan nama lain yang muncul nantinya dan dianggap memiliki peluang yang besar,” jelasnya. Lantas, bagaimana dengan Partai Golkar dan PDI Perjuangan yang dikabarkan bakal bertemu Kamis (18/7) ? Roby menjawab hal itu wajar saja dilakukan. “Yang jelas saat ini peperangannya adalah mencari perahu. Jika memang PDI Perjuangan yang paling besar hasilnya tentunya akan menjadi perempuan cantik yang diincar oleh banyak pihak. Finalnya ya bergantung lobi,” kata dia. Jika memang kursi PDI Perjuangan tidak jatuh kepada kader internalnya seperti Eva Dwiana, dia mengatakan jika dilihat dari situasi dan kondisinya, tentunya hal tersebut tidak masalah bagi istri Herman HN tersebut. Roby beralasan, Eva sangat dimungkinkan jika maju dengan independen. Sebab, dalam UU Pilkada, minimal dukungan calon perseorangan yang maju dalam Pilgub berkisar antara 6,5 persen hingga 10 persen dari jumlah pemilih yang tercantum pada Daftar Pemilih Tetap (DPT). “Tinggal dihitung saja basis masa Eva Dwiana itu berapa dibandingkan dengan DPT. Sangat mungkin kalau dia bisa maju dengan independent,” kata dia. Namun dirasanya hal tersebut merupakan senjata terakhir bagi Eva Dwiana. Hal tersebut lantaran Eva memiliki kanas yang kuat di Partai. “Iya saya kira jalur independen menjadi langkah terakhir oleh Eva. Dia kader dan pangurus partai potensial. Jadi secara statistik politik menjadi lucu, ketika Eva maju dengan cara independen,”kata dia. (abd/wdi)
Maju Pilwakot 2020, Ini Prediksi \'Senjata Pamungkas\' Eva Dwiana
Kamis 18-07-2019,05:02 WIB
Editor : Widisandika
Kategori :