Benny Kadar Hadiri Penutupan 15th JAFF Community Forum di Lampung

Minggu 29-11-2020,13:18 WIB
Editor : Ari Suryanto

RADARLAMPUNG.CO.ID – Acara penutupan gelaran 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung dihadiri sinematografer kawakan Indonesia Benny Kadarhariarto. CEO of DSLR Cinematography Indonesia tersebut memang saat ini sedang berada di Lampung dalam rangka Festival Film Mahasiswa Indonesia (FFMI) --sebagai juri. Beliau mengaku sudah empat kali menjuri di Lampung, akan tetapi masih jarang menemukan film-film Lampung yang ‘menarik’ di banyak kompetisi yang meminta beliau menjadi juri. “Saya tantang Lampung untuk membuat workshop film yang secara intensif membimbing pesertanya dari awal proses ide sampai post-produksi. Ayo kita buat bersama,” ungkap Benny Kadar saat memberikan statement di penutupan 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung, Sabtu (27/11) . Pada pemutaran hari terakhir dalam gelaran 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung ini, diputarkan lima film dalam program Layar Komunitas 2, satu film dokumenter dalam program JAFF-NETPAC, dan lima film pendek dalam program Light of Asia. Pada program Layar Komunitas 2 diputarkan film “Petruq” karya sutradara Febri Febrian dari Lombok, “Live” karya sutradara Ruziqu Tajri dari Bandung, “Tanah Bako” karya sutradara Halvika Padma dari Padang, “Krenteg” karya sutradara Marjo KS dari Tegal, dan “Huma Amas” karya M. Al-Fayed dari Samarinda. Pada program JAFF-NETPAC diputarkan film dokumenter School Town King karya sutradara Wattanapume Laisuwanchal asal Thailand. Dan dalam program penutup Light of Asia, diputarkan film-film pendek dari negara-negara di Asia: “Ngày Trọng Đại (The Big Day)” asal Vietnam; “巨人 (jù rén)”, film animasi asal Singapura; “See You Next Century” asal Malaysia, “Judy Free” asal Filipina, dan “How My Grandmother Became a Chai” asal Lebanon. Nada Bonang selaku Festival Director of 15th Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) Community Forum di Lampung mengungkapkan bahwa selama tiga hari tersebut, para penggiat dan penikmat film di Lampung sangat antusias dalam mengikuti program-demi program yang telah disiapkan. “Penonton Lampung cukup banyak yang berminat. Dari delapan program yang kami adakan, lebih dari 200 penonton hadir,” ungkap Nada. Telah terselenggara pula program pemutaran yang berlangsung pada tanggal 26 dan 27 November 2020, yaitu Layar Komunitas, Asian Prespective, dan Indonesian Film Splash Short serta program tambahan spesial dari Klub Nonton: Sekura: Wajah Sinema Lampung dan The Spirit of East. Dari masing2 program tersebut, beberapa film terpilih -dari total ratusan film yang ikut serta dari seluruh penjuru benua Asia- dan ditayangkan dengan kuota terbatas. Jumlah penonton dibatasi 50 orang per filmnya dengan menaati protokol kesehatan COVID-19. ------------------------ ------------------------ SEKILAS TENTANG KLUB NONTON Klub Nonton adalah sebuah komunitas nirlaba pengapresiasi film di Lampung yang berfokus pada eksebisi, literasi, dan distribusi. Klub Nonton menyelenggarakan acara eksebisi film untuk lebih mendekatkan film “bagus” kepada kalangan masyarakat yang selama ini hanya dapat menikmati film-film di media mainstream seperti TV dan Bioskop. Sebagai komunitas yang sudah berdiri sejak Juni 2017, Klub Nonton juga turut mengajak masyarakat untuk mengapresiasi film-film karya sineas dalam negeri sekaligus menggerakkan kalangan penggiat film, khususnya anak muda di Lampung untuk berkarya. SEKILAS TENTANG JAFF Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) adalah festival film terbesar di Indonesia yang berfokus pada perkembangan sinema Asia dan berkontribusi untuk perkembangan sinema Indonesia juga memberikan ruang bagi persimpangan berbagai sektor seperti edukasi, seni, budaya, dan pariwisata. JAFF menjadi barometer perkembangan film Asia dan juga melahirkan bakat-bakat baru pembuat film di Indonesia. Sejak awal, JAFF bekerjasama dengan NETPAC (Network For The Promotions of Asian Cinema), sebuah organisasi film dan budaya pan-Asia yang beranggotakan 30 negara dan berkantor pusati di Colombo, Sri Langka. JAFF dimulai sejak tahun 2006 pasca gempa bumi besar yang menewaskan 6.234 orang. Lahir di tengah krisis dengan dukungan 30 komunitas film di Jogja. Lahirnya JAFF menjadi semangat untuk bermulanya gerakan JOGJA BANGKIT. Tahun 2020, setelah 15 tahun secara konsisten memajukan dunia sinema Asia dan Indonesia, JAFF kembali dihadapkan pada situasi krisis karena pandemi Covid-19. Namun, pandemi justru menjadikan 15th JAFF harus lebih kuat untuk memberi semangat kepada Sinema Indonesia. Tahun ini, dengan mengusung tema “Kinetic”, JAFF akan dilaksanakan di 15 kota sebagai refleksi spirit komunitas yang selama ini menjadi spirit tumbuhnya JAFF. Komunitas di 15 kota tersebut dipilih untuk menghidupkan kembali ruang menonton alternatif dengan tetap mengedepankan protokol Kesehatan. (rls/sur)

Tags :
Kategori :

Terkait