Unila Gelar FGD Film Raden Inten 

Jumat 18-06-2021,23:55 WIB
Editor : Alam Islam

RADARLAMPUNG.CO.ID - Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Karomani, M.Si., memimpin focus group discussion (FGD) dan sumbang saran tentang materi sejarah perjuangan Pahlawan Radin Inten, Jumat (18/6).

Kegiatan yang berlangsung di ruang sidang senat Rektorat Unila lantai 2 ini  dihadiri langsung sutradara Film Radin Inten beserta jajaran perwakilan pimpinan daerah.

Prof. Karomani saat membuka FGD mengatakan, gagasan pembuatan film Radin Inten merupakan sejarah baru bagi pendidikan Lampung, khususnya Unila.

Sebagai salah satu perguruan tinggi tertua di Lampung, Unila berkontribusi langsung untuk pengembangan bidang seni dan budaya secara khusus.

Dua tujuan utama pembuatan film Radin Inten. Pertama, sosok Radin Inten bagi generasi milenial merupakan role model yang keren dan generasi masa kini harus tahu sosok itu.

“Mungkin banyak juga generasi milenial kini yang tidak mengenal dan mengetahui nilai perjuangan serta kepahlawanan sosok Radin Inten,” kata Karomani.

Ia mencontohkan salah satu kutipan sejarah percakapan antara Radin Inten dan ibunya. Ibunya bertanya, “Apa obat malu?” Radin Inten menjawab, “Obat malu itu mati”. Begitu luar biasa makna yang terkandung dari kegigihan dan perjuangan seorang pahlawan Radin Inten.

Kedua, pembuatan film Radin Inten bertujuan mengenalkan Lampung masa lalu dan masa kini. Konsep yang dibuat kelak akan melibatkan diaspora Lampung yang berada di luar negeri, khususnya di Belanda.

Film ini diharapkan menjadi role model bagi anak-anak milenial, sekaligus mengenalkan budaya Lampung ke panggung nasional dan internasional, sehingga film ini bisa ikut serta dalam berbagai festival.

“Mari masyarakat Lampung. Kita gali nilai-nilai perjuangan dan kepahlawanan ini agar kita memiliki model membentuk karakter anak-anak kita pantang menyerah,” ajaknya.

Sementara sutradara film Radin Inten Rahabi Mandra mengungkapkan antusiasmenya untuk bersungguh-sungguh membuat film ini menjadi original. Ini juga bersinergi dengan program yang dimiliki Temata Studios yaitu Temata Locals.

Dalam dua tahun terakhir telah membangun komunikasi dengan berbagai daerah. Baik komunitas maupun pemerintah daerah untuk bekerja sama.

Terdapat beberapa karya serupa yang memiliki tampilan seperti film industri dengan komposisi pemain dan sutradara film rata-rata didatangkan dari pusat serta minimal sekali menggunakan lakon asli daerah.

Karena itu ia berpendapat, karakter yang dimainkan pun harus dari pelaku daerah itu sendiri yang pernah merasakan sejarahnya langsung. Baik bahasa yang biasa mereka gunakan maupun kepahaman ciri dan budaya.

“Pengembangan film ini diperlukan banyak sinergi dari berbagai pihak tentunya,” kata Rahabi.

Kesempatan sama, penanggung jawab pembuatan film Radin Inten Kahfie Nazaruddin menjelaskan, film yang dibuat ini diharapkan bisa diterima di berbagai kalangan.

Untuk mewujudkan hal itu, ia menjabarkan perlu adanya penelitian lebih mendalam untuk mengetahui sejarah Radin Inten yang nanti digunakan dalam penulisan skenario. (rls/mel/ais)

Tags :
Kategori :

Terkait