MTs Ar Rohman, Sekolah Dengan KBM Tergantung Cuaca

Kamis 24-10-2019,19:45 WIB
Editor : Alam Islam

radarlampung.co.id – Sulit dan terjal. Ini jalur menuju Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ar Rohman. Lokasinya berada di atas gunung, Dusun Serkung, Desa Bayasjaya, Kecamatan Waykhilau, Pesawaran. Bisa dibilang, hanya satu akses menuju sekolah itu. Jalan onderlagh yang curam. Dicampur dengan tanah bergelombang.  Jaraknya sekitar lima kilometer. Inilah jalur yang dilintasi para guru sebelum mereka memberikan pendidikan kepada para siswa yang menunggu di atas. Olahraga terlebih dahulu. Memacu adrenalin, berkendara di jalan menanjak yang terjal. Radarlampung.co.id mencoba menjajal track tersebut. Dimulai dari kaki gunung. Jalanan berbatu bercampur tanah menyambut. Menanjak. Tentu berbaur debu. Ya, saat ini masih kemarau. Perjalanan dimulai. Benar-benar harus ekstra hati-hati.  Cukup menakutkan sebenarnya. Pemandangan yang terlihat hanya bebatuan dan tanah. Di sisi kanan, dinding gunung. Sebelah kiri, jurang. [caption id=\"attachment_93839\" align=\"aligncenter\" width=\"1575\"] Salah seorang guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Ar Rohman memberikan materi kepada siswa, Kamis (24/10). FOTO ALAM ISLAM/RADARLAMPUNG.CO.ID[/caption] Satu-satunya yang menghibur, saat berpapasan dengan warga. Tersenyum ramah. Menanyakan kondisi yang terlihat kesulitan. Mereka, cukup ahli meliuk di antara lekukan tanah yang tak rata. Cukup iri melihatnya. Ada sekitar satu jam perjalanan. Cuaca cukup panas. Berkeringat dan berdebu. Baru terlihat sebuah lapangan. Ada bangunan seperti kantor di depannya. Inilah MTs Ar Rohman. Sekolah setingkat SMP di wilayah itu. Ada sejumlah siswi berada di lapangan. Mereka latihan berbaris. Sementara di bagian bawah. Sisi kanan. Terlihat bangunan memanjang dengan cat nuasan hijau. Itu ruangan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM). Ada tiga kelas. Di sisi kiri, di bagian atas, terlihat bangunan papan memajang. Ini ruang kelas sebelumnya ”Inilah akses menuju sekolah kami. Sampai juga di sini,” kata Ahmad Haitami. Lelaki ini adalah salah satu pengurus sekaligus pendiri yayasan Ar Rohman. Ada 89 siswa dengan 17 guru di sekolah yang berdiri 2012 silam ini. Ahmad Haitami mengungkapkan, setiap hari saat hendak mengajar, mereka harus melewati jalur yang sama. Ekstrem. Jatuh saat berkendara menjadi makanan sehari-hari. ”Saya juga membawa istri dan anak ke sini. Kebetulan istri juga mengajar,” sebut lelaki bertubuh sedang ini. Jalur tersebut cukup enak dilintasi saat kemarau. Ketika hujan, risiko bertambah besar. Harus lebih berhati-hati. Tak jarang, para guru berjalan kaki karena kendaraan tidak bisa melintas. Ini juga yang dilakukan Eli. Salah seorang wanita guru di sekolah itu. ”Ya, kami hanya bisa maklum. Jam belajar terpaksa mengikuti kendatangan guru. Mau bagaimana lagi,” sebut dia. Alhasil, saat hujan, waktu KBM mundur. Dari biasanya sekitar pukul 07.30 WIB, bisa menjadi pukul 08.00 WIB atau lebih lama. Tentunya jam kepulangan juga menjadi lebih lambat. ”Tapi memang begini kondisinya. Ya, harus sama-sama maklum,” kata dia. Menengok ke ruang KBM, ada tiga lokal. Semua dibangun swadaya. Gotong royong antara guru dan masyarakat. Bahkan hasil arisan keluarga. Dinding ruangan memang sudah permanen. Cukup baik. Namun dua lokal masih berlantai tanah dan belum memiliki plafon. Mebeler juga tidak terlalu memadai. Meja, kursi tidak sama. Bahkan di bagian belakang ruang kelas, terdapat peralatan bangunan. ”Masih bertahap (melengkapi). Kita berharap pemerintah dapat membantu pembangunan lantai, pengadaan mebeler serta sarana dan prasarana lainnya,” harap Ahmad Haitami. Lebih lanjut Ahmad Haitami mengungkapkan, ia dan guru lain memiliki cita-cita mendirikan Madrasah Aliyah. Itupun jika ada penambahan bangunan. ”Kita sudah ajukan ke pemerintah. Harapannya, ada bantuan,” tegasnya. (ais/ozi/ais)

Tags :
Kategori :

Terkait