Meski DAP itu partai Tionghoa, untuk Dapil Pangkalan Batu, Melaka, DAP mencalegkan seorang pribumi: Norhizam Hassan Baktee itu.
”Tidak disangka Baktee pindah dari Pakatan Harapan,” ujar ketua partai DAP Melaka.
Penyebabnya celeng tadi. Yang belakangan banyak merusak kebun penduduk di Melaka. Khususnya di Pulau Besar --sebuah pulau di lepas pantai kota Melaka.
Kata Baktee celeng itu datang dari Indonesia. Mereka berenang menyeberangi laut Selat Malaka dari Indonesia.
Banyak petani memberi kesaksian bagaimana rombongan celeng itu menyeberang laut. Terutama malam hari.
Rombongan celeng itu lantas mendarat di Pulau Besar. Lalu beranak-pinak dengan cepat. Masih ditambah celeng pendatang yang baru.
Begitulah keterangan Baktee.
Saya tidak bisa mengecek kebenaran kesaksian para petani itu. Baktee juga tidak pernah bertanya pada si celeng: mengapa tidak kerasan di Indonesia. Adakah mereka hanya merasa tidak tenang atau ada tekanan politik.
Begitu sakti celeng Indonesia itu sampai bisa ikut menjatuhkan pemerintahan Mahathir Mohamad.
Dengan berpihaknya Sarawak ke koalisi Perikatan Nasional rasanya habislah harapan Mahathir untuk bisa tampil kembali sebagai perdana menteri.
Habis pulalah harapan Anwar Ibrahim. Padahal tokoh utama --yang mengalahkan koalisi Barisan Nasional dengan UMNO-nya-- itu sudah sempat berstatus Perdana Menteri Tinggal Tunggu Waktu.
Bagaimana dengan sidang DPR tanggal 9 Maret? Bukankah di tanggal itu Mahathir-Anwar bisa mengajukan mosi tidak percaya kepada pemerintahan baru?
Itu rencana lama. Sebelum mereka tahu perkembangan di Sarawak.
Sampai kemarin Sarawak tetap tegas: tidak mau ikut koalisi Pakatan Harapan. Gara-gara mulut Guan Eng tadi.
Bahkan pihak Muhyiddin akan menunda sidang tanggal 9 Maret itu sendiri. Alasannya pun kuat. DPR boleh reses selama enam bulan sejak sidang terakhirnya bulan lalu.
Betul-betul tidak ada harapan untuk Pakatan Harapan.