Partai Baru Sulit Lolos

Jumat 22-03-2019,03:00 WIB
Editor : Widisandika

radarlampung.co.id-Selain tidak memiliki basis massa yang mengakar, sentimen negatif terhadap blunder yang kerap dilakukan, menjadi pemantik sulitnya partai baru lolos electoral threshold. Data hasil survei East Time On Schedule (ETOS) Institute misalnya, dari enam kota besar yakni Jakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung, publik masih setia dengan partai-partai lawas seperti PDI Perjuangan, Golkar, PKB maupun Gerindra. Sementara Elektabilitas PSI (0,9%), Berkarya (0,5%), Garuda (0,2%), sementara Perindo (1,5%). Direktur Infokom ETOS Institute Rahmat Shaleh mengatakan, dari survei yang dilakukan sejak 1Desember 2018 menunjukan politik lama seperti Golkar, PPP dan PDIP dikenal oleh 99 persen responden, pengecualian terjadi pada Partai Demokrat yang juga dikenal oleh 99 persen responden. Lalu, untuk berada diurutan keempat ditempati oleh partai pimpinan Prabowo Subianto (Gerindra). Dalam survei tersebut, Gerindra memiliki suara sebanyak 96 persen responden. \"Partai baru yang cukup cepat dikenal responden adalah Partai Perindo 81%, Berkarya 66% PSI 57%. Angka popularitas ketiga partai justru mengungguli tingkat popularitas partai terdahulu seperti PBB 67% dan PKPI 53%. Sedangkan Partai Garuda hanya dikenal oleh 3% responden saja,\" ujarnya, kamis (21/3). Bukan hanya dalam tingkat popularitas saja, PDIP juga unggul dari partai lain berdasarkan tingkat elektabilitas partai politik. PDIP dipilih oleh 21,2 persen responden, disusul oleh Gerindra 19,8 persen, Golkar 16,1 persen, Demokrat 14,9 persen, PKB 6,7 persen, NasDem 3,1 persen, PAN 2,9 persen, Perindo 2,6 persen, PKS 2,3 persen, PPP 2,1 persen, Berkarya 1,9 persen, PSI 1,7 persen, Hanura 1,6 persen, PBB 1,4 persen, PKPI 1,1 persen, Garuda 0,4 persen. Jika batas ambang parlemen adalah 4 persen, maka hanya lima partai politik saja yang dipastikan lolos yakni PDIP, Gerindra, Golkar, Demokrat dan PKB. \"Tapi jika margin error dari survei ini adalah 2,9 persen, maka amat mungkin muncul partai lain yang juga lolos dari ambang batas parlemen,\" katanya. Sementara itu, survei Kompas dengan margin of error +/- 2,2 persen, menunjukkan partai-partai seperti Nasdem, PPP dan PAN belum aman. Sebab, dengan elektabilitas Nasdem (2,6%), PPP (2,7), PAN (2,9), masih dalam rentang ancaman ketidaklolosan ambang batas parlemen 4%. Survei ini dilakukan melalui pengumpulan pendapat melalui wawancara tatap muka ini pada 22 Februari-5 Maret 2019. Sebanyak 2.000 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi Indonesia. Menggunakan metode ini, pada tingkat kepercayaan 95 persen, margin of error penelitian +/- 2,2 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Meskipun demikian, kesalahan di luar pemilihan sampel dimungkinkan terjadi. Pengamat komunikasi politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi mengatakan prediksi dan survei bahwa partai-partai baru, termasuk Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sebagai partai anak muda, tidak lolos electoral threshold cukup wajar. \"Ya, selain sebagai new comer, positioning dan strategi branding mereka pun terbilang tidak tepat. Electoral threshold adalah batas minimal suatu partai atau orang untuk memperoleh kursi di parlemen,\" kata Ari di Jakarta, kemarin (21/3). Menurut Ari, pengambilan posisi dan strategi kampanye untuk citra diri dan partai (branding) yang tidak tepat itu bukan hanya tidak mendongkrak elektabilitas, bahkan menimbulkan dampak persepsi negatif publik. \"Hal itu terlihat dari tingginya resistensi masyarakat, terhadap partai-partai baru termasuk PSI yang dibesut anak-anak milenial,\" kata Ari. Hasil survei terbaru Litbang Kompas, misalnya menunjukkan tidak satu pun partai pendatang baru di Pemilu 2019 yang lolos ambang batas parlemen (PT) empat persen. Tak hanya itu, survei tersebut juga menunjukkan resistensi atau penolakan masyarakat terhadap partai-partai tersebut. Bahkan, angka resistansi tersebut justru lebih tinggi dari elektabilitas mereka. Terpisah Pengamat politik dari Universitas Lampung, Yusdianto Alam, mengatakan sama halnya dengan beberapa kota besar di Indonesia, di Lampung misalnya PSI belum begitu menguat. Bahkan diprediksi tidak lolos electoral threshold selain karena partai baru juga akibat banyak melakukan blunder. \"Lumayan tinggi resistensi di masyarakat,\" tegas Yusdianto. Ia mengaku termasuk yang menaruh harapan besar terhadap partai milenial itu pada saat-saat awal berdiri. Namun, menurutnya, di tengah-tengah perjalanannya, partai yang dipimpin Grace Natalie tersebut kerap mengeluarkan blunder yang tidak perlu. Yus menyebut penolakan Perda Syariah dan poligami sebagai isu sensitif yang terlalu dini dimainkan oleh PSI sebagai partai baru sehingga mengundang reaksi negatif kepada partai itu. \"Pernyataan perda syariah dan poligami yang masuk dalam ranah filosofis keagamaan sebaiknya tidak disentuh PSI di awal kampanye. Dengan cara seperti itu, PSI mengobarkan perang dengan kaum mayoritas,\" papar Dosen Ilmu Hukum dan Tata Negara itu, lewat sambungan telepon. Sementara itu, Sekjen PSI Raja Juli Antoni menilai wajar apabila partainya mendapat resistansi dari sebagian masyarakat. Menurut dia, penolakan itu merupakan sebuah konsekuensi logis dari sikap PSI yang menjunjung tinggi ideologi antikorupsi dan anti intoleransi. Soal komitmen antikorupsi misalnya, PSI tak mengusung satu pun caleg mantan narapidana kasus korupsi. Bahkan Antoni mengklaim PSI ikut mengusulkan agar Komisi Pemilihan Umum membuat aturan yang melarang parpol mencalonkan mantan koruptor. \"Jadi kami mendapat resistensi dari para koruptor atau orang-orang yang selama ini hidup dalam suasana yang korup,\" kata Antoni. Lalu mengenai komitmen anti intoleransi, menurut dia PSI berani menyatakan penolakan pada Perda Syariah dan praktik poligami. Antoni menyebut sikap PSI tersebut membuat sejumlah kalangan tidak nyaman. \"Jadi justru angka (resistansi) itu menunjukkan posisi kami tampak bedanya kami dengan partai nasionalis yang lain,\" kata Antoni. Mengenai elektabilitas PSI yang masih di angka 0,9 persen, menurut Antoni pihaknya akan terus bekerja keras di sisa masa kampanye ini. Ia meyakini pada akhirnya PSI bisa melewati ambang batas parlemen sebesar 4 persen dan melenggang ke Senayan. \"Di sekitar 27 hari ini, saya dan ketua umum terus jalan ke berbagai kabupaten/kota yang menurut kami punya potensi besar untuk menaikkan elektabilitas PSI. Semua caleg juga mengetuk pintu rakyat dan pintu hati tanpa lelah. Insyaallah di 17 April mendatang akan berbuah manis,\" kata dia. (fin/wdi)

Tags :
Kategori :

Terkait