Sekolah Mulai Lakukan Evaluasi Pelaksanaan PTM

Selasa 12-10-2021,19:45 WIB
Editor : Yuda Pranata

RADARLAMPUNG.CO.ID - Proses pembelajaran tatap muka (PTM) dijenjang SMA/SMK telah berjalan sekitar sebulan. Dalam pelaksanaannya, pihak sekolah bersama Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) juga telah melakukan evaluasi. Terkait hal ini, Ketua MKKS SMK se-Lampung, Edy Hajito mengatakan, pihaknya terus mengingatkan sekolah untuk tetap menerapkan protokol kesehatan (prokes) secara ketat. Di samping itu, dia juga berharap sejumlah SMK dapat segera menerapkan kurikulum pembelajaran yang sesuai. Seperti pelaksanaan praktek dan budaya industri. “Evalusianya, sekolah harus tetap menerapkan prokes, mengatur jarak antara siswa dan kurukulumnya disesuaikan. Karena sudah satu setengah tahun ini tidak berjalan,” katanya. Sementara itu, Ketua MKKS SMA se-Lampung, Hendra Putra menambahkan, sejauh ini pihaknya belum menemukan masalah yang serius dalam pelaksanaan PTM di sekolah. Hanya saja, pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM), menurutnya masih ada perbedaan metode yang digunakan. “Ada yang menggunakan double shift dan ada juga yang menggunakan blended learning,” katanya. Dia menjelaskan, untuk sekolah dengan sistem double shift biasanya dilakukan pagi dan sore hari. Lantaran ini biasanya guru-guru merasa mulai terbebani. “Karena kemarin 1,5 tahun di rumah. Begitu masuk, pekerjaan guru-guru itu langsung dua kali lipat. Termasuk anak-anak yang masuk siang juga biasanya sudah tidak fresh lagi,” kata pria yang menjabat sebagai Kepala SMAN 2 Bandarlampung. Sementara untuk sekolah yang melakukan proses PTM dengan sistem blended learning, biasanya menghadapi kendala pada jaringan internet. Menurutnya, meski sekolah telah menyiapkan jaringan internet dengan spek yang cukup tinggi. Namun terkadang jaringan internet masih kerap mengalami kolab. Itu lantaran dalam proses KBM, guru harus mengirimkan materi atau soal kepada siswa di rumah dan di waktu yang bersamaan juga siswa yang ada di sekolah harus mengirimkan jawaban mereka kepada guru. “Tapi sekarang sudah kita atasi dengan cara internet yang di sekolah hanya untuk guru yang mengajar. Sementara siswa masih kita minta untuk menyiapkan kuota melalui androidnya masing-masing,” katanya. Dia juga mengatakan, dalam sistem blended learning guru dituntut untuk lebih mengusai IT dan penyiapan bahan ajar. Guru juga harus sudah menyiapkan bahan ajar di dalam laptop masing-masing. Baik materi maupun tugas yang akan diberikan, harus sudah dalam bentuk fail yang siap dikirim kepada siswa yang menjalani kelas online. “Karena blended learning, konsepnya guru menggunakan dua perangkat IT. Mereka menggunakan laptop yang tersambung dengan siswa di rumah. Kemudian dia juga harus menjelaskan materi ke siswa di dalam kelas, tapi tetap tersorot ke dalam kamera sehingga siswa yang di rumah bisa tetap mengikuti apa yang sedang diajarkan guru,” tandasnya. (Ega/yud)

Tags :
Kategori :

Terkait