TIDAK sedikit manusia zaman sekarang menganggap diri paling benar, meski hanya bermodal "katanya".
"Katanya si anu begini". "Katanya si anu begitu". Apalagi kalau si anu dianggap berada dalam satu spektrum. Sudah "no debat".
Mungkin hal ini bisa dimaklumi. Sebab, dalam teori psikologi, dikenal istilah confirmation bias alias bias konfirmasi.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Soeharsa Muliabrata, Gao Zhan Yuan Zhu
Ini adalah suatu kecenderungan bagi orang-orang untuk mencari bukti-bukti yang mendukung pendapat atau kepercayaannya serta mengabaikan bukti-bukti yang menyatakan sebaliknya.
Ada juga yang disebut motivated reasoning (penalaran termotivasi). Yakni, mekanisme penalaran yang dilakukan untuk mendukung apa yang sudah diyakini sebagai kebenaran.
Dalam bahasa yang lebih mudah, orang-orang yang demikian lebih suka mencari pembenaran dibanding kebenaran.
Padahal, andai bisa menyaksikannya sendiri, tentu akan bisa lebih menyeluruh dalam menilai sesuatu.
Seperti ditulis Ban Gu 班固 dalam Kitab Han shu (汉书) yang diamini Teguh Kinarto, "百闻不如一见" (bǎi wén bù rú yī jiàn). Mendengar seratus kali, keabsahannya akan kalah dengan yang melihat langsung meski cuma sekali.
Begitu juga dalam mengelola suatu usaha. Harus terjun ke lapangan. Supaya tahu betul apa yang jadi kebutuhan masyarakat luas.
BACA JUGA: Cheng Yu Pilihan: Pimpinan Milliana Education Center Makassar Milly Rumantir, An Fen Zhi Zu
Begitulah yang dilakukan Teguh sejak muda. Sebelum menjadi pengusaha sukses dengan Podo Joyo Masyhur (PJM) Group, ia digodok dengan berjualan kain di pasar.
Dari situ, otak bisnis Teguh terus terasah. Terpikir untuk mencoba bekerja sama dengan instansi-instansi pemerintah karena pembayarannya tidak akan menunggak.
Dimulai dari mengkreditkan kain dagangannya. Lalu berkembang ke kredit motor dan keperluan lainnya.