RADARLAMPUNG.CO.ID – Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang di dalamnya itu semakin disoroti oleh banyak pihak.
Salah satunya adalah seorang dosen dari Universitas Indonesia, Ade Armando, yang menilai, tragedi Kanjuruhan disebabkan tindakan dari supporter Arema FC.
Dilansir radarlampung.co.id dari kanal YouTube Cokro TV pada Rabu, 5 Oktober 2022, Ade Armando menilai, tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, itu, disebabkan tindakan Aremania yang dianggap sok jagoan.
Dalam penuturannya, Ade juga turut menilai jika Aremania telah melanggar peraturan yang ada dalam stadion yakni masuk ke lapangan dan dengan gaya preman yang disebutnya petentengan.
BACA JUGA:Diperiksa Kejati, Kadis DLH Bandar Lampung Dicecar 15 Pertanyaan
“Yang jadi pangkal masalah adalah supporter Arema yang sok jagoan. Melanggar semua peraturan dalam stadion dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan,” kata Ade dalam video yang diunggah di kanal YouTube Cokro TV.
Dosen Universitas Indonesia itu bahkan menuding bahwa adanya pihak-pihak yang memainkan narasi dengan menyalahkan pihak kepolisian dalam tragedi Kanjuruhan beberapa waktu lalu.
“Sebagian pihak menyatakan bahwa FIFA jelas melarang penggunaan gas air mata dalam stadion. Pertanyaannya apakah polisi Indonesia berada di bawah FIFA?,” kata Ade Armando dalam video tersebut.
Ade juga turut menyinggung keterangan yang disampaikan oleh Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Terkait dengan penggunaan kekuatan berlebihan alias excessive use force.
BACA JUGA:2 Polantas Papua Barat Jilat Kue Peringatan HUT ke-77 TNI, Keduanya Langsung Disel
“Ketika polisi menggunakan gas air mata, itu adalah tindakan sesuai protap ketika mereka harus mengendalikan kerusuhan yang mengancam jiwa,” imbuhnya.
Dalam pendapatnya dalam video tersebut, Ade mengatakan bahwa pihak kepolisian yang saat itu bertugas dalam pengamanan di stadion Kanjuruhan, dianggap telah melakukan tugas mereka dengan baik sesuai dengan kewajibannya.
Mulai dari meminta jadwal pertandingan, hingga pembatasan penonton sesuai dengan kapasitas stadion.
Namun karena kenakalan pihak panitia dengan menjual tiket penonton yang telah melebihi kapasitas stadion Kanjuruhan, jumlah penonton yang dianggap melebihi kapasitas, membuat mereka terlihat berdesak-desakan di dalam stadion.
BACA JUGA:Mahasiswa Universitas Teknokrat Indonesia Borong Juara Nasional Lomba Bahasa Inggris