Tak Dapat Bantuan PKH, Pasutri di Bandar Lampung Beri Makan 9 Anak Bumbu Penyedap Rasa dan Garam

Rabu 26-10-2022,20:25 WIB
Reporter : Anggi Rhaisa
Editor : Anggri Sastriadi

Namun, jika mereka tidak ada uang, ia harus rela menyuruh anaknya untuk berpuasa dua hari satu kali.  Walau terkadang sering menangis kelaparan.

BACA JUGA:Rahasia Jago Publik Speaking yang Bisa Ditiru dan Dipraktekkan Ala Vina Mauliana

"Kadang mereka nangis laper, saya kasih air putih, ajak anak-anak puasa. Tega gak tega ini demi bertahan hidup," jelasnya.

Subadriah menceritakan setiap pagi anaknya tidak pernah sarapan hanya diberi air putih.  Untuk siang harinya diberi nasi campur garam karena tidak ada uang untuk membeli lauk pauk layaknya masyarakat biasa.

Suaminya yang bekerja sebagai pemasang batu nisan, tidak cukup untuk membiayai sembilan orang anaknya, bahkan bayar kontrakan sering nunggak karena tidak mampu bayar.

"Suami saya kerja masang batu nisan, seminggu kadang cuma seratus sampai dua ratus ribu, itupun tidak cukup biaya sehari-hari," katanya.

BACA JUGA:Simak! Ini 10 Jenis Makanan dan Obat-obatan Herbal yang Membantu Menurunkan Gula Darah, Nomor 8 Sangat Cepat

Badriah sering meminjam uang tentangga untuk membeli beras,  karena dalam satu hari menghabiskan beras satu kilo. Itupun ia hemat untuk cukup sampai sore harinya.

Awalnya mereka tinggal bersama tujuh anaknya, namun beberapa hari lalu dikaruniai bayi kembar laki dan perempuan.

Saat ini bayi tersebut masih dirawat di rumah sakit karena membutuhkan perawatan intensif oleh dokter. "Kemarin ada orang dermawan bantu kami bawa kerumah sakit, diberi pampers dan sembako, alhamdulillah," tambah dia.

Melahirkan bayi kembar pun, awalnya ia lakukan seorang diri karena tidak ada biaya untuk ke bidan atau rumah sakit. "Bayi kan kembar, pertama lahir laki-laki sendiri saya gelar kasur, terus yang perempuan dibantu bidan di panggil suami saya," katanya.

Ia menambahkan, dalam keadaan hamil tuapun, ia tetap mengantar anaknya sekolah SD 1 Sukajawa yang berjarak dua kilometer dari kontrakannya.

"Pagi saya antar jalan kaki ke SD karena gak ada motor, pulang juga saya jemput itu kegiatan rutin setiap pagi," katanya.

Sementara itu, Firdaus mengatakan kontrakan sudah empat bulan menunggak, dimana satu bulan biaya tiga ratus ribu yang harus dia tebus. "Yang punya kontrakan sudah nanya terus, kata saya sabar belum ada uang," kata dia.

Firdaus menjelaskan kontrakan yang ia tinggali sudah empat bulan menunggak. "Sebulan tiga ratus ribu, gak ada uang gimana mau bayar," katanya.

Selain bekerja memasang batu nisan, ia sering diajak kerja merumput di rumah warga. Sedangkan istrinya tidak bekerja mengurus anak-anak dikontrakan. "Kemarin udah ditagih terus sama yang punya kontrakan, gak ada uang ini gimana mau bayar, sedangkan saya gak pegang uang," ujarnya.

Kategori :