BANDAR LAMPUNG, RADARLAMPUNG.CO.ID - Stunting merupakan kondisi profil antropometrik dimana didapatkan tinggi badan yang kurang dari usia. Ini merefleksikan adanya suatu kondisi malnutrisi yang terjadi secara kronis yang biasanya terjadi pada tahun tahun tahun awal kehidupan yang dikenal dalam 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang dimulai sejak proses kehamilan.
Stunting , berdasarkan riset berdampak pada berbagai aspek, termasuk kognitif dan kualitas kesehatan dari penderitanya. Didapatkan juga adanya peningkatan risiko PDB yang menurun 2-3 persen ataupun gangguan degeneratif pada saat penderita memasuki usia dewasa.
Sehingga kasus stunting menjadi hal yang wajib dicermati oleh banyak pihak untuk dapat dihasilkan solusi yang berkesinambungan dalam penurunan angka stunuting.
Berdasarkan data hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita di Provinsi Lampung mengalami peningkatan dari 22,7 persen tahun 2015 menjadi 31,6persen tahun 2017.
Tetapi Data Riskesdas pada tahun 2018 di Provinsi Lampung, menunjukan penurunan proporsi stunting sebesar 15,3 persen menjadi 27,3 persen.
Penyebab stunting disebabkan oleh multifaktorial, baik itu faktor penyebab langsung maupun tidak langsung. Pernikahan dini atau kehamilan di usia dini yang menyebabkan seorang ibu kurang memiliki pemahaman mengenai kesehatan gizi, reproduksi masupun keluarga, didapatkan memiliki risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi kesehatan, seperti kematian ibu dan bayi juga anemia maupun kurang gizi pada ibu maupun ibu hamil.
Kondisi ini semua dapat menjadi penyumbang BBBLR (berat badal lahir rendah) yang berkontribusi hampir 20 persen memicu berkembangnya stunting pada anak.
Sehingga pengelolaan stunting dengan penguatan edukasi gizi seimbang khususnya pada 1000 Hari Pertama Kehidupan pada remaja putri diharapkan dapat berkontribusi dalam upaya penurunan kasus stunting dalam keluarga dan masyarakat.
Indonesia termasuk Provinsi Lampung sedang mengalami bonus demografi, dimana sebaran populasi usia produktif termasuk remaja cukup tinggi dan dapat menjadi aset sumber daya yang potensial bagi seluruh aspek termasuk kesehatan. Ini bisa menjadi kekuatan bila bisa dikelola dengan tepat.
Program pemberdayaan masyarakat khususnya remaja putri melalui Komunitas Milenial Sadar Nutrisi (KOMSI) dengan tahapan proses edukasi, pembinaan dan pendampingan mengenai gizi seimbang diharapkan dapat membantu peningkatan pemahaman dan pengelolaan gizi diri nya tetapi juga pengelolaan gizi keluarga khususnya periode 1000 HPK yang dimulai sejak masa kehamilan diharapkan dapat mengoptimalkan upaya penurunan stunting.
Berlatar belakang hal tersebut, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat yang terdiri dari Dr.dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes (Ketua Tim) bersama Anggota Tim lainnya Dr. Sowiyah, M.Epid (Anggota Tim), dr. Dewi Nurfiana, SpKFR (Anggota Tim), dr. Roro Rukmi WP, SpA., M.Epid (Anggota Tim), dan Dewi Ayu Puspaningrum, M.IL (Anggota Tim) melakukan Pengabdian di Desa Negeri Katon, Kab.Pesawaran, Provinsi Lampung pertengahan tahun 2022.
Ketua Tim Dosen PKM sekaligus Ketua Program Studi (KA Prodi) Pendidikan Dokter,Fak.Kedokteran Unila, Dr.dr. Khairun Nisa Berawi, M.Kes menjelaskan pengetahuan yang dikuatkan mengenai berbagai aspek remaja. Mulai dari mengenai kesehatan remaja, reproduksi dan gizi dilakukan pada target PKM yaitu pembentukan KOMSI (komunitas minelial sadar nutrisi) yang terdiri dari para remaja putri.
Para remaja putri melalui tahapan proses edukasi dan pelatihan dalam KOMSI diharapkan dapat menyebarluaskan pengetahuan yang di dapat.
Peningkatan pengetahuan mengenai pernikahan dini atau kehamilan di usia dini yang memiliki risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi, kematian ibu dan bayi juga anemia maupun Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil, yang menjadi penyumbang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan memicu berkembangnya stunting pada anak juga menjadi bagian edukasi yang ditekankan selama pelatihan.
Pendidikan kesehatan telah terbukti dapat meningkatkan atau mengembangkan pemahaman masyarakat mengenai gizi seimbang periode 1000 HPK dengan memanfaatkan para remaja putri dalam KOMSI sebagai edukator masyarakat.