Ketika tangan diborgol, kata Nasir Abbas, dirinya membuka mata hati.
"Di situ polisi yang saya anggap kafir atau thogut. Tapi saya melihat di luar ekspektasi saya perilaku polisi yang juga taat ibadah. Azan berkumandang, anggota izin Ndan salat dulu. Berusaha salat di awal waktu. Hati saya tersentuh. Bahkan ada polisi yang dikasih makan nggak mau makan. Rupanya puasa Senin-Kamis. Bahkan ada yang puasa Nabi Daud. Mereka menjaga amal dan ibadahnya. Di situ saya berpikir, pantaskah polisi ini dikafirkan? Sempat berdebat dengan polisi. Akhirnya saya keluar dari JI karena saya anggap telah mencemari agama Islam dengan aksi terorisme. Pertengahan 2003, saya keluar dari JI. JI saya nilai sudah tidak relevan lagi. Saya mengikrarkan kembali ke NKRI," ceritanya. (*)