Namun masyarakat Pegayaman tetap membangun kehidupan desa yang harmonis.
Untuk bahasa sehari-hari yang digunakan, masyarakat Desa Pegayaman tetap menggunakan bahasa daerah Bali.
Masyarakat Desa Pegayaman tetap menggunakan bahasa yang sama meskipun ada beberapa kosa kata yang sedikit berbeda.
BACA JUGA: Lezat Sangat! Ini 11 Rekomendasi Makanan Khas Pekanbaru Riau
Anak-anak yang melakukan ibadah mengaji pun umumnya tetap menggunakan bahasa Bali asli.
Hal menarik lainnya berkaitan dengan nama mereka yang juga masih menggunakan nama urut Bali sebagai nama depannya.
Mereka masih menggunakan nama urut Bali seperti Wayan, Nengah, Nyoman, dan lain sebagainya.
Nama-nama itu tetap digunakan sebagai nama depan oleh masyarakat di Desa Pegayaman.
BACA JUGA: 9 Gunung di Indonesia yang Wajib Dikunjungi Pendaki, Ada yang Di Pulau Sumatera
Selain menganut agama yang berbeda dengan masyarakat Bali pada umumnya.
Di mana, masyarakat Pegayaman memilih untuk menganut agama Islam sejak dulu.
Dari sisi berpakaian pun berbeda antara masyarakat Pegayaman yang merupakan Bali Islam dan masyarakat lain.
Masyarakat Pegayaman kebanyakan mengenakan sarung untuk kaum laki-laki.
BACA JUGA: Mengenal Meditasi dan Posisi yang Dianjurkan Dalam Agama Buddha
Dan untuk kaum perempuannya mengenakan pakaian yang menutupi aurat dan juga mengenakan kerudung.
Umumnya pakaian semacam ini tidak akan ditemui di tempat-tempat yang dihuni oleh orang Bali yang menganut agama Hindu.