Juga memiliki beragam kesenian baik itu tari-tarian atau nyanyian yang disesuaikan untuk masing-masing upacara adat.
Misalnya pengguanan seni tari atau seni suara untuk upacara perkawinan atau bahkan untuk upacara kematian.
Selain untuk upacara, kesenian itu juga digunakan sebagai pengiring dalam proses pengobatan bagi Suku Mentawai.
BACA JUGA:Saksi Pendamping Anggota Dewan Tanggamus Bungkam Usai Diperiksa Kejati Lampung
Namun sayangnya, beragam bentuk kesenian itu kini sudah mulai berkurang seiring berkembangnya zaman dan terbatas hanya di kalangan orang-orang tua saja.
Sebagai informasi, sebelum mengenal agama, Suku Mentawai menganut kepercayaan mereka sendiri mengikuti nenek moyang.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat di Suku Mentawai telah memeluk beberapa agama antara lain Kristen baik Protestan maupun Katolik.
Sebagian lagi ada yang telah memeluk Agama Islam sementara yang lainnya masih memegang teguh keyakinan dari nenek moyang mereka.
Dalam menjalani hidup, Suku Mentawai biasanya memiliki kelompok masing-masing yang mengisi satu daerah tertentu.
Setiap kelompok biasanya membentuk satu desa tersendiri yang trebagi menjadi dua bagian dalam satu kampung tersebut. Yakni kelompok pembuka dan kelompok pendatang.
Bagi Suku Mentawai, keyakinan dalam adat mereka percaya bahwa setiap yang ada di alam semesta memiliki esensi spiritual.
Untuk itu mereka hidup secara damai dan berdampingan dengan alam sekitar di wilayah tempat mereka tinggal. (*)