RADARLAMPUNG.CO.ID - Lampung memiliki sejarah kelam konflik horizontal. Konflik antar-suku di Lampung Selatan tidak bisa dilupakan.
Kerusuhan 27-30 Oktober 2012 ini menyebabkan beberapa korban jiwa dan kerugian materiil cukup besar.
Bukan hanya di Lamsel. Konflik horizontal di Lampung Tengah juga pernah terjadi. Hampir setiap Kapolres Lamteng dihadapkan untuk penyelesaian konflik yang terjadi.
Pada 11 Mei 2011 terjadi konflik antar-warga Kampung Purnamatunggal dan Kampung Tanjungratu, Kecamatan Waypengubuan.
BACA JUGA:Bravo, Pertumbuhan Ekonomi Lampung Triwulan II-2023 Tembus 8,15 Persen
Konflik ini menyebabkan sejumlah korban luka dan materiil. Dalam konflik sengketa lahan ini, Kapolres Lamteng dijabat AKBP Budi Wibowo.
Pada 8 November 2012, konflik horizontal di Lamteng kembali pecah. Warga Kampung Buyut Udik, Kecamatan Gunungsugih, menyerang Kampung Kesumadadi, Kecamatan Bekri.
Pemicunya salah satu warga Kampung Buyut Udik tewas dimassa karena diduga mencuri ternak. Dalam konflik ini, Kapolres Lamteng dijabat AKBP Hery Setiyawan.
Pada 23 Februari 2014, konflik terjadi di Kampung Buminabung, Kecamatan Buminabung, pemicunya sengketa lahan.
Kapolres Lamteng dijabat AKBP Kunto Parsetyo.
Pada 27 November 2014 kembali terjadi konflik horizontal di Kampung Tanjungharapan, Kecamatan Anaktuha.
Pemicunya dua warga tewas diduga karena melakukan aksi curas. Dalam konflik ini, Kapolres Lamteng dijabat AKBP Kunto Prasetyo.
Pada 4 November 2016, bentrok warga terjadi di perbatasan Lampung Timur dan Lampung Tengah.
BACA JUGA:Solusinya Bagaimana? Ada 26 Puskesmas di Tanggamus, Baru Tiga yang Memiliki Dokter Gigi