Kemudian, konvergensi spesifik dan sensitif dilakukan oleh seluruh pihak dengan prioritas pekon lokus stunting yang telah ditetapkan oleh Bupati Tanggamus pada 7 kecamatan dan 14 pekon.
BACA JUGA: Sosok Kapolres Termuda di Lampung, Pemimpin Pertama di Polres Paling Bungsu
BACA JUGA: Lima Polwan yang Jadi Kapolres Perempuan di Lampung, Terakhir Punya Pengalaman Tugas di Brimob
Selanjutnya intervensi spesifik hanya berkontribusi sebesar 30 persen dan intervensi sensitif berkontribusi sebesar 70 persen terhadap penurunan pravelansi stunting.
Mulyadi Irsan mengingatkan, intervensi spesifik yang menjadi tanggung jawab Dinas Kesehatan tak akan menyelesaikan masalah jika tidak didukung dengan intervensi sensitif oleh berbagai pihak.
Karena itu ia meminta para camat, agar memfasilitasi dan mengkoordinir kepala pekon guna memastikan kegiatan percepatan penurunan stunting di posyandu.
Ini dilakukan melalui layanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), konseling gizi terpadu, perlindungan sosial, sanitasi dan air bersih serta layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dilaksanakan dan dipenuhi.
BACA JUGA: 4 HP 1 Jutaan Murah, Punya Spesifikasi Oke Dengan Tampilan Keren
Pada bagian lain, ketua pelaksana dr. Meri Yosefa mewakili Kadis PPPA, Dalduk KB mengatakan, selain dua kali melakukan desiminasi audit stunting, pihaknya juga turun melakukan investigasi di tingkat kecamatan.
Kemudian paparan hasil yang ditemukan temukan di lapangan terkait kasus stunting.
Ditargetkan pada 2024, penurunan angka stunting harus 15 persen. Di mana, saat ini masih berada di angka 20,4 persen.
Meri mengungkapkan, faktor utama penyebab stunting tidak dilihat dari masalah kesehatan, sanitasi dan sosial ekonomi.
BACA JUGA: Wajah Glowing Tanpa Flek Hitam Dengan Dua Bahan Alami, Cobain Deh!
BACA JUGA: Dijamin Bikin Glowing, Ini Rekomendasi Skincare untuk Menghilangkan Flek Hitam di Wajah
”Tetapi masih banyak masalah lainnya,” sebut dr.Meri Yosefa. (*)