Cegah Ekstremisme di Lingkungan Sekolah, SMKN 9 Bandar Lampung Hadirkan FKPT

Jumat 01-11-2024,19:24 WIB
Reporter : Ari Suryanto
Editor : Ari Suryanto

RADARLAMPUNG.CO.ID - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 9 Bandar Lampung menaruh perhatian serius terhadap kasus ekstremisme kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah.

Cara yang dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan pencegahan dengan menghadirkan FKPT Lampung pada hari Jumat, 1 November 2024. 

Kegiatan dibuka oleh Kepala Sekolah Suniyar dihadiri sekitar 200 siswa siswi dan guru pendamping.

Pada kesempatan itu, Suniyar menyampaikan keprihatinan terhadap maraknya kasus ekstremisme di lingkungan sekolah.

BACA JUGA:PT Lampung Cerdas Raih The Great Champions of Asia Top Millennials Choice in Education Program Award 2024

"Dengan kegiatan pencegahan diharapkan para siswa memahami bahaya ektremisme, para siswa juga dapat menanamkan nilai-nilai perdamaian, keberagaman, dan toleransi dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika," ujarnya.

Sementara itu, narasumber yang memberikan penyuluhan adalah Ken Setiawan yang merupakan Kepala Bidang Pemuda dan Pendidikan FKPT Lampung. 

Dalam paparan, Ken menerangkan tentang definisi dan bahaya ektremisme yang merupakan paham keyakinan atau tindakan melebihi batas kewajaran dengan menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dapat melanggar hukum dan dapat mengancam keamanan dan kenyamanan masyarakat. 

Ken mengaku sering mengadakan road show pencegahan bahaya ekstremisme ke sekolah sekolah di 15 Kabupaten/kota se Provinsi Lampung. 

BACA JUGA:Debat Publik Perdana, 3 Paslon Bupati - Wakil Bupati Tulang Bawang Paparkan Visi Misi

Menurut Ken, pintu gerbang ektremisme adalah intoleran, merasa paling benar, merasa paling bisa, apalagi usia remaja kadang mereka membutuhkan validasi dan pengakuan dari orang lain sehingga lupa batasan batasan kewajaran. 

"Apalagi saat ini ancaman dalam genggaman gadget,kadang usia remaja mudah terprovokasi dengan informasi dari teman teman yang melakukan ujaran kebencian hujatan dan caci maki yang berakhir dengan aksi ektremisme," tambah Ken. 

Disamping kasus ektremisme yang mengarah pada kenakalan remaja, Ken juga menjelaskan usia remaja rentan terhadap kasus ekstremisme berbasis agama, banyak laporan dari masyarakat jika putra putrinya berubah tingkah lakunya karena telah belajar dengan guru agama yang salah. 

"Akibatnya anaknya tidak mau bergaul dengan sahabat yang beda agama, bahkan yang seagama saja jika tidak sealiran maka dikafirkan juga dan divonis masuk neraka," ucapnya. 

BACA JUGA:Kontestasi Bupati Tanggamus 2024, Saleh Asnawi-Agus Suranto 59,8 Persen, Dewi Handajani-Amar Siradjudin 39,8 %

Kategori :