RADARLAMPUNG.CO.ID - Setelah sempat mencetak rekor tertinggi sepanjang 2025, banyak investor berharap tren lonjakan harga emas dunia akan terus berlanjut.
Namun, laporan terbaru dari World Bank, dilansir dari Kitco News, memperkirakan bahwa tren panas tersebut mulai mereda setelah 2026.
Dalam laporan commodity outlook terbarunya, World Bank memproyeksikan harga emas akan berada di sekitar harga rata-rata mencapai US$3.575 per troy ounce di tahun 2026.
Angka ini memang masih termasuk tinggi, jika dilihat dari peningkatan harga emas dalam dekade terakhir.
BACA JUGA:AHY Tekankan Kolaborasi Daerah Dan Pusat Wujudkan Indonesia Emas, Bangun Infrastruktur Berkeadilan
Namun, tetap jauh lebih rendah dibandingkan lonjakan yang terjadi tahun ini.
Sebagai perbandingan, sepanjang 2025 harga emas sudah melonjak lebih dari 50%, menjadi salah satu kenaikan tertinggi dalam dua dekade terakhir.
Kenaikan harga emas yang masif tahun ini dikatakan banyak dipicu oleh faktor global; mulai dari ketegangan geopolitik, ketidakpastian ekonomi dunia, hingga pelemahan dolar Amerika Serikat.
BACA JUGA:Update Harga Emas Jumat 31 Oktober 2025, Cek Penurunannya Hari Ini
Kondisi itu membuat investor global ramai mencari aset yang dianggap aman, atau disebut 'safe haven', dan pilihan utama kurun dijatuhkan pada komoditas emas.
- Rally Emas Bisa Berakhir di 2027
Meski masih berpeluang menguat pada 2026, World Bank memperingatkan bahwa tren harga emas memiliki kemungkinan akan melambat, bahkan berbalik arah, saat memasuki tahun 2027.
Harga emas diprediksi dapat turun hingga 5% ke kisaran US$3.375 per ons, sementara harga perak juga berpotensi melemah hingga US$37 per ons, atau turun hampir 10% dari tahun sebelumnya.
Diluar hal tersebut, harga emas diperkirakan tetap berada di level tinggi secara historis.
BACA JUGA:Update Harga Emas Jumat 31 Oktober 2025, Cek Penurunannya Hari Ini
Bahkan, diperkirakan akan tetap berada sekitar 180% di atas rata-rata dibandingkan dengan harga periode 2015 hingga 2019 sebelumnya.