“Sebagian besar gabah kami olah menjadi beras,” jelasnya.
Namun, ketika panen raya, banyak petani menjual padi dalam jumlah besar.
Jika tidak mampu menampung, Bambang membagi pasokan ke rekan sesama penggilingan.
“Sesama penggilingan kami saling bantu. Kalau saya kelebihan barang, saya kirim ke teman, begitu pun sebaliknya,” ujarnya.
Harga gabah, menurutnya, bergantung pada musim dan kebijakan pemerintah.
“Untuk panen kemarin, harga gabah dari sawah sekitar Rp6.500 per kilogram,” jelas Bambang.
Harga tersebut mengikuti standar pemerintah, dan jarang ada yang lebih rendah.
“Saya beli dari petani Rp6.500, bahkan bisa lebih. Kalau di bawah itu, sudah tidak ada,” tambahnya.
BACA JUGA:Maldives Jadi Negara Pertama Buat Larangan Merokok, Generasi Muda Tak Kenal Tembakau
Bambang mengaku hanya memperoleh keuntungan sekitar Rp100-Rp200 per kilogram gabah.
Karena itu, ia menjual gabah dengan harga Rp6.600–Rp6.700 per kilogram.
“Saat ini, saya hanya menjual gabah di sekitar lingkungan saja,” katanya.
Ia menegaskan tidak pernah membeli dari luar daerah atau menjual ke luar Lampung.
BACA JUGA:Atlet Taekwondo Universitas Teknokrat Indonesia Raih Tiga Medali di Kajati Lampung Cup I 2025
“Skala usaha saya masih kecil, jadi cukup pasok lokal,” jelas Bambang.