Siang itu, pembukaan resmi ditandai dengan ceramah singkat yang menggugah kesadaran spiritual.
Wajah-wajah lelah berubah tenang, seolah menemukan rumah bagi jiwa yang lama merindu damai.
Setelah makan siang dan istirahat, rangkaian ibadah berlanjut hingga malam hari, ditutup dengan Infirodi Amal — sholat tahajud, dzikir, dan munajat yang menggema dalam sunyi.
Di antara tenda-tenda yang berdiri, bau tanah, udara lembap, dan langit yang mulai menggelap, tersimpan kisah ribuan manusia yang rela meninggalkan rumah, keluarga, bahkan pekerjaan, demi menghadiri panggilan Ilahi.
BACA JUGA:Simpan Ini! 5 Prompt Gemini AI Untuk Para Pekerja
Hari pertama di Kota Baru bukan sekadar agenda keagamaan. Ia menjelma menjadi potret tentang ketulusan, tentang manusia-manusia yang menempuh jarak jauh hanya untuk mendekat kepada sang Pencipta.
Dan di tengah keramaian itu, langkah Usman dan ribuan jemaah lainnya terus berjalan — menuju Masjid Al Hijrah, menuju doa, menuju ketenangan yang tak bisa dibeli oleh apa pun selain keikhlasan.