Dari Limbah hingga Aquaponik, Warga Bangkit Menata Harapan dan Penghasilan

Rabu 17-12-2025,18:49 WIB
Reporter : Prima Imansyah Permana
Editor : Anggi Rhaisa

RADARLAMPUNG.CO.ID — Persoalan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah dan sampah plastik, yang selama ini menjadi kerap masalah lingkungan kini mulai teratasi melalui program Resaku (Recycle Sakai Sambayan).

Salah satunya dilakukan warga lRT 09 dan Lingkungan III Kelurahan Gunung Sulah, Bandar Lampung. Melalui program ini mendorong warga mengolah limbah menjadi produk bernilai ekonomi seperti sabun, lilin, dan aksesori.

Melalui pendampingan intensif, warga diberikan edukasi dan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga, mulai dari pemilahan hingga proses produksi. 

Minyak jelantah yang sebelumnya dibuang sembarangan kini dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan sabun dan lilin, sementara sampah plastik diolah menjadi berbagai produk kerajinan.

BACA JUGA:Disangka Korban Kecelakaan, Ternyata ODGJ Berulah

Program ini di Provinsi Lampung, mahasiswa Campus Leaders Program (CLP) bersama mitra Inisiatif Lampung Sehat (ILS) menjalankan program Resaku (Recycle Sakai Sambayan).

Program ini mengatasi persoalan limbah rumah tangga, khususnya minyak jelantah dan sampah plastik, dengan mengolahnya menjadi produk bernilai ekonomi seperti sabun, lilin, dan aksesori.

“Melalui Resaku, warga tidak hanya belajar mengelola limbah, tetapi juga memiliki keterampilan baru untuk menghasilkan produk yang bisa dijual. Ini membuka peluang penghasilan tambahan, terutama bagi keluarga rentan TBC,” ujar Putra Andagayaka, SDGs Hero CLP Batch 11 penempatan ILS Divisi Program.

Selama pelaksanaan program, warga setempat berhasil memproduksi sekitar 120 unit sabun dan lilin dari 13 liter minyak jelantah. 

BACA JUGA:Disangka Korban Kecelakaan, Ternyata ODGJ Berulah

Program Resaku juga meningkatkan pengetahuan warga tentang pengelolaan limbah, memperkuat kepercayaan diri, serta menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap program berbasis komunitas.

Meski demikian, pelaksanaan Resaku masih menghadapi tantangan, terutama keterbatasan bahan baku dan konsistensi partisipasi warga.

"Tantangan utamanya adalah ketersediaan bahan baku dan menjaga konsistensi warga. Untuk itu kami melakukan pendampingan lanjutan, memfasilitasi pelatihan, serta berkoordinasi dengan perangkat desa agar program ini bisa terus berjalan,” kata Dwi Setyorini, mentor Inisiatif Lampung Sehat.

Sementara itu, di Sumatra Selatan, mitra Masyarakat Sehat Sriwijaya (MSS) mengembangkan program Sirkulife Empowerment, berupa usaha aquaponik yang memadukan budidaya lele dan tanaman pakcoy.

BACA JUGA:BRI Siapkan Rp21 Triliun untuk Memenuhi Kebutuhan Transaksi Masyarakat di Periode Libur Nataru

Kategori :