94 vs 74
Perolehan kursi kelompok Anwar itu kalah dibanding partai Tionghoa, Partai Aksi Demokrasi (DAP) --yang memperoleh 42 kursi.
UMNO sendiri di tengah badai kekalahan itu masih memperoleh 39 kursi --hanya selisih 1 kursi dari PKR. Hanya partai Tionghoa sekutu UMNO, MCA, yang disikat habis oleh DAP --tinggal memperoleh 2 kursi. Praktis semua suara Tionghoa boyongan ke DAP.
Saat Pemilu 2019 itu sendiri Anwar masih berstatus dipenjara. Tidak bisa ikut menjadi caleg. Ia perlu kekuatan tambahan untuk kali ini benar-benar bisa menumbangkan UMNO.
Anwar melihat, musuh lamanya, Mahathir, juga lagi sangat membenci UMNO. Mahathir pernah jadi mentornya --yang kemudian menjadi lawan politik utamanya.
Apa boleh buat.
Demi mengalahkan musuh, musuhnya musuh pun bisa diajak menjadi teman --meski musuhnya musuh itu juga musuhnya sendiri.
Mahathir memang mendirikan partai baru: Partai Pribumi Bersatu. Tapi partai ini juga hanya bisa mendapat 26 kursi.
Anwar pun, dari balik jeruji penjara, setuju kalau Mahathir yang jadi komandan oposisi --yang memang perlu tokoh sepadan untuk melawan Perdana Menteri Najib Razak.
Bahkan, kalau oposisi berhasil memenangi Pemilu, Anwar pun setuju Mahathir-lah yang akan jadi perdana menteri. Dengan syarat:
1. Hanya dua tahun menjadi perdana menteri.
2. Memintakan pengampunan Anwar Ibrahim.
3. Istri Anwar dijadikan Wakil Perdana Menteri.
Mahathir pun setuju dengan komitmen itu.
Yang No. 2 sudah ia laksanakan: Anwar mendapat mengampunan raja.
Maka setelah menjalani pengobatan sakit bahunya di Turki Anwar mendapat jalan politik. Seorang anggota DPR baru --juga baru sekali itu menjadi anggota DPR-- mengundurkan diri. Sekadar memberi jalan kepada Anwar untuk menjadi anggota DPR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: