Kapolda Lampung Terima Kunjungan Rektor Universitas Teknokrat Indonesia

Kapolda Lampung Terima Kunjungan Rektor Universitas Teknokrat Indonesia

radarlampung.co.id - Universitas Teknokrat Indonesia menyambangi Polda Lampung. Kunjungan ini dalam rangka bersilaturahmi dengan Kepala Kepolisian Daerah Lampung Irjen Pol. Purwadi Arianto.

Rektor Universitas Teknokrat Indonesia Dr H. M. Nasrullah Yusif menjelaskan, dirinya bersama wakil rektor dan beberapa dekan Universitas Teknokrat Indonesia bersilaturahmi dan menjalin persaudaraan dengan Kapolda Lampung. Kunjungan diterima langsung oleh Kapolda Lampung di ruangannya.

Selain untuk menjalin hubungan silaturahmi, Universitas Teknokrat Indonesia juga berencana untuk mengundang Kapolda Lampung sebagai narasumber dalam program orientasi Perguruan Tinggi Universitas Teknokrat Indonesia yang akan dilaksanakan pada 19-21 September mendatang.

\"Kami bermaksud untuk mengundang Kapolda untuk hadir sebagai narasumber dengan memberikan materi terkait radikalisme, dan intoleransi pada Propti Teknokrat, 19-21 September mendatang,\" ungap Nasrullah.

Dikatakannya, dengan maksud mengundang pihak kepolisian untuk memberikan materi radikalisme dan intoleransi tersebut, tak lain untuk memberikan wawasan lebih kepada mahasiswa terkait hal tersebut.

\"Selain itu untuk memberikan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa. Karena mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa yang bertugas untuk membela negara, dan menjaga negara kita. Dan juga membangun daya saing mahasiswa di revolusi industri 4.0 menuju 5.0. Dan silaturahmi ini diharapkan dapat berlanjut kedepannya guna membangun kader bangsa,\" tandasnya.

Sementara, Kapolda Lampung Irjen Pol. Purwadi Arianto mengatakan, pihaknya selalu bermitra dengan Perguruan Tinggi negeri ataupun swasta. Pihaknya selalu memberikan materi terkait isu radikalisme dan intoleransi kepada mahasiswa, karena menurutnya, di dalam kampus terdapat calon-calon intelektual yang akan berbaur dengan masyarakat.

\"Karena jika hanya dari narasumber yang memberikan materi, misalkan selama tiga jam, tidak akan cukup. Setidaknya ada personil-personil yang menguasai tentang itu di kampus, dan bisa saling bertukar informasi terkait dengan masalah tersebut dengan personil dari kampus lain. Itu akan lebih efektif, dan kampus tersebut juga bisa menciptakan mahasiswa anti radikalisme, anti intoleransi. Jadi kampus bisa memberikan inspirasi,\" ucapnya. (rur/kyd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: