Simak, Curhatan WNI di Italia tentang Penyebab Sebaran Corona

Simak, Curhatan WNI di Italia tentang Penyebab Sebaran Corona

RADARLAMPUNG.CO.ID - Warga negara Indonesia yang menetap di Italia mengungkap asal mula Italia menjadi negara paling banyak korban terpapar virus Corona (Covic-19).

Dia adalah mantan General Manager Novotel Palembang Tina Randi, yang berbagi cerita kepada Direktur Radar Lampung Taswin Hasbullah.

Ceritanya diawali saat 14 hari korban terpapar mulai sakit dan berduyun-duyun ke rumah sakit. Awalnya, saat masih di bawah angka tiga ribu, warga di sana masih santai. Belum mau mengikuti anjuran Pemerintah. Mereka berkeyakinan sehat, kuat, dan lai-lain.

Namun semua menjadi berbeda saat tercatat sudah lima ribu orang meninggal akibat Corona. Mereka panik. \"Sebagian besar memutuskan keluar daerah,” ungkap Tina via WhatsAap, Minggu (22/3).

Tak disangka, mereka yang hijrah ke suatu daerah itu rupanya sudah terpapar virus tersebut. “Ya, ternyata yang mengungsi itu sebagian besar sudah terpapar,” ungkapnya.

Melihat banyaknya warga sudah tertular, pihak rumah sakit memutuskan menangani pasien yang dirasa cukup parah. Tetapi karena banyak rumah sakit tidak mampu menangani bencana tersebut, prioritas kurang untuk yang begitu sangat parah.

“Akhirnya, RS pilih-pilih mana yang masih bisa diselamatkan dibantu. Kemudian yang sudah parah tidak diprioritaskan. RS sudah tidak bisa handle karena sudah seperti tsunami, layaknya gelombang orang sakit yang butuh pertolongan,” bebernya.

Selain itu, dirinya menuturkan jika saat ini hampir seluruh aktivitas ditiadakan, yang masih beroperasi hanya apotek juga supermarket. Itupun menggunakan batasan waktu tertentu.

“Mall, restoran, bar, sekolah, kampus, gereja, tutup semua. Yang buka hanya apotek dan supermaket, itupun dibatasi jam bukanya, Akibat orang-orang bandel, ngeyel, dan keras kepala,” terang Tina.

Saat ditanya apakah hingga kini media beroperasi seperti biasanya, ia menjawab dari sekian banyak media cetak hanya tinggal beberapa saja yang tetap bertahan memberikan informasi. Itu karena bentuk kewaspadaan terhadap virus tersebut.

“Media cetak masih terbit tapi sangat sedikit. Karena sudah nggak ada yang mau pegang koran, takut corona. Tapi koran yang kuat dan berpengaruh bertahan. Promo-promo yang sifatnya selebaran juga dilarang dibagi-bagikan ke rumah-rumah. Di rumah saya saja sudah beberapa minggu box (kotak surat) depan rumah nggak pernah dibuka,” ungkapnya.

Berbagai macam peraturan juga kini diberlakukan sangat ketat pihak keamanan negeri Pizza tersebut. Misalkan saja berbelanja: harus mengisi form tertentu, jika tidak akan diamankan yang berwajib.

“Diusahakan untuk stok kebutuhan di rumah, kalau pun harus keluar itu harus meminta izin dan ada form izinnya, kalau tidak ditangkap polisi dikurung enam bulan atau denda 400 euro. Jadi semua di dalam rumah, hanya saling sapa lewat balkon rumah saja,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: