Siswi SMP Rela Upahan Jemur Jagung untuk Makan Keluarga
radarlampung.co.id - Masa remaja Serli Anista (13) tak seindah teman sebayanya. Tidak seperti anak seusianya yang menghabiskan waktu bermain dan bersenda gurau, siswi SMP ini terpaksa harus banting tulang menghidupin ayahnya yang sakit bersama adiknya, Rikaldo Saputra yang masih duduk di kelas II Sekolah Dasar (SD). Keluarga tidak mampu ini tinggal di pelosok Desa Negeri Campang Jaya, Kecamatan Sungkai Tengah, Kabupaten Lampung Utara (Lampura), dengan rumah berukuran 4 x 6 meter dan beralasan lantai serta diding kayu yang sudah rapuh termakan usia tersebut. Meski masih kelas I SMP, semangat Serlli nampak terlihat. Dia mampu mengerjakan pekerjaan rumah layaknya ibu rumah tangga, memperhatikan adiknya serta merawat ayahnya yang sedang sakit keras dengan sabar dan piawai. \"Kasian bapak, sakitnya sudah lama. Tidak mampu berobat, saya sendirian yang mengurus bapak. Ibu pergi tidak tau kemana, sejak saya masi kelas I SD, beliau menghilang begitu saja,” kata Serli sambil mengusap air mata dipipinya saat ditemui di kediamannya, Selasa (5/3). Semangat tak pernah lelah demi menghidupi keluarganya, bocah ini rela berkerja sebagai buruh upahan harian sebagai penjemur biji jagung milik salah seorang warga yang masih terhitung tetangganya sendiri. Bahkan jika tidak memiliki uang untuk membeli makanan, terpaksa Serli menjadi upahan tukang bersih-bersih rumah tetangganya. Terkadang juga, ada yang iba memberi makanan kepada keluarga Serli. \"Kalau tidak ada uang, saya membantu cuci piring tetangga. Terkadang diberi uang atau makanan yang saya bisa bawak pulang,\" ujar Serli. Ia menerangkan, ayah kandungnya telah lama menderita sakit dan tidak mampu mencari nafkah untuk kedua anaknya yang masih sekolah. Rustam (45), ayah kandung Serli bertahun-tahun tubuhnya penuh dengan benjolan yang disertai nanah di kaki dan tangannya. Belum diketahui pasti penyebab penyakit yang diderita tersebut. Alhasil, kondisi itu membuatnya tidak bisa beraktivitas dan mencari nafkah. Saat ini, dirinya hanya bisa menghabiskan kesahariannya di tempat tidur saja. Gadis mungil ini berharap, adanya bantuan dari Pemeritah dan seorang dermawan yang ikhlas untuk membantu penyembuhan ayahnya yang tak kunjung sembuh tersebut. Sementara atas penyakit diderita Ayah Serli, di mata tetangganya keluarga tersebut tak dikucilkan. Hal ini menurut penuturan M. Selamet. Sebaliknya, para tetangga malah memperhatikan kehidupan sehari-harinya. \"Kami sering memperhatian keluarga Serli.!Meski tidak membantu banyak, ya ala kadarnya saja. Terkadang ada uang Rp50 ribu, yang kami kasih untuk beli makanan saja. Terkadang juga, tetangga disini memberi makanan juga untuk Serli dan keluarganya,\" kata Selamet, seraya mengatakan himpitan ekonomi keluarga Serli sudah berlangsung bertahun-tahun. Sementara untuk pengobatan ayah Serli, sambung Selamat, hanya dapat membeli obat dari warung yang terdapat di desa. Sesekali, Serly membawa orang tuanya ke Fuskesmas yang ada di Kecamatan. \"Kalau sakitnya parah, orang tuanya dibawak ke Fuskesmas. Nah, kalau perawatan di rumahnya sendiri. Terkadang membeli obat di warung karna tidak uang untuk biaya perobatan,\" tandas Selamet.(ozy/kyd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: