Suami Pelit, Istri Boikot \'Servis Ranjang\' sejak Malam Pertama
RADARLAMPUNG.CO.ID - Cerita tentang rumah tangga yang bubar meski baru seumur jagung makin banyak. Salah satu contohnya adalah rumah tangga Karin dan Donwori -bukan nama sebenarnya- yang hanya bertahan dalam hitungan hari. Karin yang masih menyandang predikat pengantin anyar ditalak Donwori. Sebab, perempuan 25 tahun itu dianggap sebagai istri durhaka yang tak mau melayani Donwori sejak malam pertama. Namun, Karin punya alasan sebagai pembela diri. Dia menikah dengan Donwori karena dijodohkan oleh orang tua. Semula hubungan Karin dengan Donwori pada masa taaruf berjalan lancar. Pertemuan kedua Karin dengan Donwori terjadi saat tunangan. Sejauh itu belum ada masalah. Proses lamaran pun berjalan lancar, karena Karin juga menganggap Donwori berpenampilan menarik dan punya perangai baik. Namun, beberapa bulan jelang pernikahan, tabiat buruk Donwori terkuak. Saat Karin dan Donwori berkencan di pusat perbelanjaan, tanda-tanda tak beres sudah terlihat. Karin sengaja mengetes Donwori dengan mampir ke toko sepatu. Karin berharap Donwori cukup peka dan bersedia membayar sepatu pilihannya. Alih-alih membayar sepatu yang dipilih Karin, Donwori justru memilih menunggu di luar toko. \"Milih dewe bayar dewe, akhire tak ketusi pas pulang (pilih sendiri bayar sendiri, akhirnya aku bersikap ketus saat pulang, red),” kata Karin. Sebenarnya emosi Karin sudah mereda. Namun, saat di rumah makan, Donwori lagi-lagi ogah mengeluarkan uangnya. Dari situlah Karin mengetahui Donwori adalah cowok pelit. Karin pun mulai ragu dengan kelanjutan hubungan asmaranya. Karin sudah membayangkan dirinya bakal nestapa jika diperistri suami pelit. Oleh karena itu Karin menyampaikan hal tersebut kepada orang tuanya. Karin merengek agar rencana pernikahannya dengan Donwori dibatalkan. Namun, orang tua Karin bergeming. \"Ayah ibuk ya wis ngultimatum, umurku wes 25, kate nunggu umur piro maneh, selak gak payu. Dadi ya terpaksa, pokok nggugurno kewajiban (ayah dan ibu sudah mengultimatum, umurku sudah 25 tahun, mau menunggu umur berapa lagi, keburu tak laku. Jadi ya terpaksa, pokoknya menggugurkan kewajiban, red),” katanya. Akhirnya Karin dan Donwori menikah. Hanya saja, keluarga Karin yang menanggung biaya resepsi. Adapun Donwori, kata Karin, tak sedikit pun membantu. Hal itu membuat Karin makin tak sreg dengan suaminya. Pernikahan selesai, resepsi pun tuntas. Lazimnya, pengantin baru menikmati malam pertama. Namun, Karin memanfaatkan momen itu untuk memperlihatkan bahwa dirinya tak bisa diperlakukan semau Donwori. Karin ogah bercinta pada malam pertama dan menangis semalam suntuk. Jurus itu mangkus. Malam pertama pengantin baru itu tanpa adegan belah durian. Namun, Donwori pantang menyerah. Pada malam kedua dia kembali membujuk Karin. Kali ini Donwori sudah menggunakan paksaan. Hanya saja Karin tak kehabisan akal. Karin memilih berlari dan menangis sekeras-kerasnya. Akibatnya Donwori surut langkah dan masuk ke kamar, lalu tidur di lantai. Setelah hari kedua, Karin mengalami menstruasi. Dia merasa bisa sedikit tenang karena yakin Donwori tak akan menggaulinya. Namun, lama-lama Donwori tak sabar lagi. Seminggu setelah pernikahan, Donwori langsung mengemasi barang-barangnya dan pulang ke rumah orang tuanya. Sepekan kemudian Donwori dan bapaknya mendatangi rumah Karin. Tujuannya adalah menyampaikan talak. Sontak kedua orang tua Karin syok. Namun, Karin justru lega. \"Aku memang antisipasi. Yak apa lek dia mek golek untung tok. Wis ngapak-ngapakno tapi dadi bojo ditelantarno. Wes kadung mblendung ditinggal, mangkane aku emoh-emoh tenan malam pertama (aku memang mengantisipasi. Bagaimana kalau dia cuma cari enak saja, sudah melakukan perbuatan tetapi istrinya ditelantarkan. Sudah terlanjur hamil ditinggal, makanya aku tidak mau benar pada malam pertama, red),” lanjut Karin. Ternyata penderitaan Karin belum selesai. Beberapa hari setelah talak terucap, kerabat Donwori datang berlagak preman. Mereka meminta kembali mahar yang sudah diberikan ke Karin. Karin pun jadi makin tak suka kepada Donwori dan keluarganya. “Iki sak keluarga karepe opo seh, gak onok seng genah (ini satu keluarga maunya apa sih, tidak ada yang benar, red),” ucap Karin dengan nasa emosi. (Radar Surabaya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: