Astagfirullah! LGBT di Lampung Kian Eksis

Astagfirullah! LGBT di Lampung Kian Eksis

Radarlampung.co.id - Kehidupan komunitas lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) di Bandarlampung mulai terbuka. Para penyuka sesama jenis ini pun kian menunjukkan eksistensinya. Hubungan komunikasi mereka meluas dengan memanfaatkan akun media sosial (medsos). Tidak hanya cakupan lokal, mereka pun berkomunikasi antar sesamanya hingga memanfaatkan situs web cakupan internasional. Seperti terpantau dari situs www.onescene.com. Dalam situs internasional itu terdapat 13 warga Lampung. Enam orang mengaku dari Pringsewu, tiga orang warga Terbanggibesar, serta warga Metro dan Bandarlampung masing-masing dua orang. Khusus lokal, akun Facebook (FB) sepertinya menjadi andalan. Belakangan yang marak mendapat penolakan adalah akun grup FB atas nama Gay Lampung. ’’Mohon teman-teman untuk bantu laporkan grup ini agar segera diblok pihak FB. Jangan sampai Allah murka karena segelintir orang. Kalian yang merasa ada di grup ini, segera insaf,” tulis akun FB atas nama Ulil Amri MB. Tak hanya mengatasnamakan provinsi, sejumlah akun LGBT bahkan sudah memakai nama kabupaten hingga kecamatan. Salah satu yang muncul dalam pencarian mesin Google adalah grup FB atas nama Gay Kaliawi Bandar Lampung. Sebelum berita ini diturunkan, akun grup FB tersebut terpantau masih ada anggota yang aktif hingga pukul 23.00 WIB, dengan mengirim chat berupa foto kawasan Taman Lungsir, yang kemungkinan hendak memberi tahu keberadaannya. Fenomena ini pun mendapat tanggapan psikiater dr. Tendri Septa, Sp.Kj. Menurutnya, dari berbagai literatur dituliskan bahwa dalam 40 tahun terakhir  tidak ada ilmuan profesional yang dapat menyatakan bahwa gay semata-mata disebabkan faktor genetika, meski penelitian di bidang ini terus bermunculan. ’’Penelitian-penelitian menunjukkan homoseksual bukanlah fitrah manusia,” jelasnya. Perilaku homoseksual, tegas dia, bukanlah fitrah manusia, melainkan pengaruh nature yang dapat mengarahkan kerusakan pada manusia itu sendiri. ’’Dari beberapa kasus yang ditemui di Lampung, homoseksual tersebut terjadi dengan kisaran usia beragam. Sebagian besar di kisaran dewasa muda, namun ditemukan pula pada usia di atas 50 tahun. Belakangan, media sosial makin memudahkan individu ini untuk berinteraksi antar sesama mereka,” bebernya. Homoseksual, katanya, merupakan perilaku kompleks. Penyebabnya faktor-faktor yang lebih bersifat psikologis (psychogenic) akibat pergaulan atau lingkungan sosial (sociogenic) dibandingkan dengan bawaan lahir (biogenic). ’’Dari berbagai penelitian dapat dinyatakan bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat mendukung bahwa homoseksual merupakan bawaan lahir yang tidak dapat diubah. Tetapi dapat dipercayai bahwa masyarakat yang menunjukkan sikap toleransi dan menerima homoseksualitaslah yang menguatkan seolah-olah homoseksualitas merupakan fitrah atau kodrat yang tidak dapat diubah,” sebutnya. Dia melanjutkan, perilaku homoseksual merupakan pilihan bebas yang sebenarnya dapat dikontrol kehendak manusia. Sama seperti heterosekual. ’’Pilihan perilaku manusia menunjukkan siapa manusia tersebut,” ujarnya. Ditambahkannya, individu dengan orientasi sesama jenis yang tidak merasa terganggu dengan orientasi seksualnya tersebut (egosintonik) umumnya tidak merasa perlu untuk dilakukan intervensi/tata laksana akan orientasi seksualnya tersebut. ’’Namun, individu yang merasa terganggu akan orientasi seksual sejenisnya tersebut (egodistonik) umumnya akan mencari upaya tata laksana/pengobatan akan orientasi seksualnya,’’ tandasnya. (sur/c1/rim/ang)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: