LD Ibu Kota
Pasti banyak orang sudah menerima kiriman humor ini:
Sejak harus tinggal di rumah saja, alhamdulillah, istri ada peningkatan. Hari pertama bisa jualan kalung. Hari kedua jualan kulkas. Hari ketiga jualan TV. Hari keempat bingung: gak ada lagi yang bisa dijual.
Lucu. Meski terlalu didramatisasi.
Istri yang sudah punya kalung, kulkas dan TV, biasanya punya tipe suami yang ingin membahagiakan istri.
Suami seperti itu, biasanya, otaknya jalan. Di-PHK di satu perusahaan segera cari pekerjaan lain. Tidak dapat pekerjaan pengganti berpikir lain lagi: jual jasa.
Yang sulit itu yang harus di rumah saja sambil tidak ada perabotan apa pun yang bisa dijual.
Suami di rumah seperti itu biasanya sulit berpikir. Tidak bisa melihat peluang --apalagi membuatnya. Yang ia lihat hanya apa yang di depan mata.
Mereka ini tidak pernah berlatih mencari pilihan-pilihan untuk hidup. Biasanya juga kurang ringan kaki. Itu bukan salah mereka.
Lingkunganlah yang menciptakan begitu.
Yang seperti itulah yang harus dibantu secara menyeluruh. Agar tetap bisa hidup --sambil menunggu generasi anak mereka. Atau sambil menunggu krisis berlalu.
Hanya ekonomi makro yang bergairah yang bisa membuat mereka hidup sendiri. Begitu ada krisis mereka hanya pasrah. Bersandar pada nasib. Tidak tahu apa yang harus dikerjakan.
Makro ekonomi yang bagus yang bisa menyelesaikan persoalan mereka --bukan bagi-bagi bingkisan.
Ups… Maaf. DI\'s Way hari ini khusus untuk pembaca di Jakarta. Yang sejak Jumat malam lalu menjalani hidup lockdown. Orang Jakarta tidak boleh keluar rumah.
Bagi pembaca di luar Jakarta, berhentilah membaca. Tidak ada manfaatnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: