Iklan Bos Aca Header Detail

Let’s Think Big, KB Bukan Hanya soal Jumlah Penduduk

Let’s Think Big, KB Bukan Hanya soal Jumlah Penduduk

RADARLAMPUNG.CO.ID - The 1st International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health, memasuki hari terakhir. Konferensi yang digelar di Hotel Sahid Raya, Yogyakarta, yang berlangsung selama 30 September sampai dengan 2 Oktober 2019 itu menelurkan banyak program yang siap digencarkan. Ketua konferensi Prof. dr. Siswanto Agus Wilopo, S.U., M.Sc., Sc.D., menerangkan, konferensi ini diprakarsai oleh konsorsium yang dinamai Pelopor Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Konsorsium dimaksud terdiri dari 11 institusi, yaitu Pusat Kesehatan Reproduksi UGM, FKM UI, Rutgers, Yayasan Cipta, Johns Hopkins Center for Communication Programs (JHCCP), PKBI, Lembaga Demograsi, Yayasan Kesehatan Perempuan, UNFPA, Aliansi Satu Visi, dan Think Well Indonesia. \"Kemudian kita juga bermitra dengan pemerintah, dalam hal ini BKKBN dan Kementerian Kesehatan untuk memberikan masukan dan gambaran yang bersifat kebijakan. Di luar itu, mitra-mitra lainnya adalah Bill and Melinda Gates Institute, Canada Embassy, Johns Hopkins, serta LSM-LSM lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu,\" urainya, Rabu (2/10). Terkait tujuan utama konferensi, pihaknya berharap adanya perubahan persepsi yang tidak hanya melihat KB sebagai isu pertumbuhan atau penambahan penduduk. Meskipun penambahan penduduk penting untuk dikendalikan. Namun di luar itu, KB dan Kespro sangat penting dalam menjamin generasi ke depan menjadi generasi yang lebih diandalkan. \"Lima tahun lagi mereka yang berusia remaja saat ini menjadi produsen ekonomi. Mereka mesti mengisi kehidupan ini dengan sesuatu yang lebih produktif. Sehingga ketika saya mengetahui bahwa Kepala BKKBN akan memfokuskan pendekatannya kepada remaja, itu sebuah strategi yang sangat tepat untuk mewujudkan SDM yang baik,\" ungkapnya. SDM, kata dia, mesti dipandang sebagai human capital, atau sumber daya pembangunan. Hal ini sebenarnya sudah sejalah dengan UU No. 52 yang melihat manusia Indonesia sebagai pelaku dan penikmat pembangunan. \"Program Keluarga Berencana membantu pasangan dan keluarga dalam merencanakan jumlah dan jarak anak, yang pada gilirannya menentukan human capital yang lebih baik ke depannya,\" ujar akademisi Universitas Gadjah Mada tersebut. Oleh karena itu, lanjut dia, jika diikuti sesi-sesi yang ada selama ini, tidak hanya mengupas hal-hal yang klasik. Namun inovasi-inovasi baru yang dapat menjawab efek langsung KB terhadap kematian dan kesejahteraan ibu. Saat ini, dia memaparkan, sudah ada sekitar 32 juta wanita yang ber-KB, sekitar 15.000 kematian ibu bisa dicegah. \"Mari kita rebranding KB ini bukan hanya soal jumlah penduduk, namun terkait pada kesehatan, sosial ekonominya, perilaku remaja, bahkan teknolog-teknologi termutakhir yang dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas program,\" ajak dia. Selain itu, melalui konferensi ini diharapkan ke depannya Indonesia memiliki modal untuk masuk ke dalam kancah internasional lagi. \"Pada tahun 2021 di Thailand akan dilaksanakan Internasional Conference on Family Planning. Paper dan pembelajaran, serta inovasi yang ada di sini, dapat kita sampaikan di level internasional,\" ucapnya. Indonesia sebenarnya memiliki banyak inovasi. Contohnya terkait Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan KB. Di Jerman, kata dia, dibutuhkan waktu 100 tahun untuk kemudian membentuk sistem asuransi kesehatan. \"Sangat wajar jika di Indonesia yang baru lima tahun ini masih memerlukan banyak penyempurnaan. Namun demikian Indonesia ini sudah memiliki konsep yang baik. Kita bisa berbagi pembelajaran bagaimana sistem asuransi kesehatan di Indonesia memasukkan program layanan KB,\" ungkapnya. Diceritakan, tahun 2015 dirinya diminta datang ke PBB untuk menyampaikan apa yang sedang dilakukan di Indonesia. Setahun kemudian Obama Care mencakup KB. \"Kita lebih maju daripada Obama Care, karena ide ini dimulai tahun 2004. Pasal 2 tahun 2004 telah mengatur Perlindungan Jaminan Sosial harus melibatkan KB. Kita bisa berbagi pengalaman salah satunya mengenai ini,\" ulasnya. Terkait remaja, menurutnya perlu diberikan perhatian yang lebih khusus lagi. Salah satunya terkait asuransi yang bisa melindungi remaja sehingga remaja bisa tumbuh menjadi human capital yang baik. Jadi, pembicaraan mengenai remaja, bukan hanya soal aborsi ataupun kontrasepsi. Namun sesuatu yang lebih luas lagi yang bisa melindungi kesejahteraan mereka. \"Let’s think big, start small, and act now. Dua tahun lagi kita akan adakan kegiatan serupa dengan tema yang berbeda. Saat ini temanya kematian ibu dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Dua tahun lagi kita diskusikan lagi hal yang berbeda dalam ruang lingkup KB dan Kespro,\" tutupnya. (sur) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: