Makanan Rendah Nutrisi Rentan Picu Kanker, Ini Penyebabnya
Editor:
Redaksi|
Jumat 21-09-2018,07:30 WIB
Radarlampung.co.id - Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang rutin mengonsumsi makanan rendah nutrisi rentan mengalami kanker. Meski demikian, hal ini tidak semata-mata salah. Dalam kasus ini produsen makanan juga ikut berperan dalam menyediakan produk makanan yang tidak mengandung nilai gizi.
Sekarang sedang dilakukan upaya di banyak negara berkembang untuk menegakkan label makanan yang jelas guna menentukan nilai gizi. Badan Standar Makanan Inggris sudah mengembangkan sistem pencitraan nutrisi sebagai cara untuk memastikan bahwa konsumen dapat melihat dengan jelas nilai gizi dari produk makanan apa pun.
Sistem ini memungkinkan konsumen untuk memilih makanan yang tepat sesuai dengan yang tertulis di kemasan produk. Gerakan ini juga sebagai upaya agar orang-orang mau memilih produk dengan tingkat gizi baik daripada jenis makanan yang rendah nutrisi.
Sistem yang serupa dengan FSAm-NPS juga telah diadopsi oleh Prancis dan baru-baru ini Belgia. Akan tetapi, banyak negara belum menerapkan skema serupa.
Makanan rendah nutrisi berisiko picu kanker
Saat ini sejumlah temuan mengkhawatirkan kian memperkuat pemikiran adanya peningkatan risiko kanker dengan konsumsi makanan bergizi rendah. Hal ini dapat memberikan bukti kuat bagi pembuat kebijakan untuk mendorong dicantumkannya nutrisi dalam label makanan.
Studi baru dilakukan oleh Mélanie Deschasaux di Institut Nasional Prancis mengenai Kesehatan dan Penelitian Medis di Paris, bekerja sama dengan spesialis dari berbagai lembaga penelitian lainnya. Mélanie dan rekan menerbitkan hasil penelitian mereka di jurnal “PLOS Medicine”.
Para peneliti menganalisis data dari 471.495 peserta yang mengikuti penelitian European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition. Periode tindak lanjut rata-rata adalah 15,3 tahun, dan para relawan memberikan informasi tentang kebiasaan diet mereka serta informasi medis terkait lainnya, termasuk riwayat kanker.
Dari semua peserta, 49.794 telah didiagnosis menderita kanker. Hitung-hitungannya adalah 12.063 menderita kanker payudara, 6.745 menderita kanker prostat, dan 5.806 menderita kanker kolorektal.
Kebijakan pemberian label gizi pada kemasan
Berdasarkan informasi yang diberikan, para ilmuwan menghitung hubungan antara makanan dengan berbagai kualitas nutrisi dan risiko terkena kanker. Dalam makalah studi, Mélanie dan rekan melaporkan bahwa para peserta yang mengonsumsi rata-rata produk makanan dengan kualitas gizi yang lebih rendah, memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker secara keseluruhan.
Lebih khusus lagi, konsumsi rutin makanan dengan gizi rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal dan kanker saluran aerodigestif atas dan perut, serta dengan kanker paru-paru pada pria. Bagi wanita, mengonsumsi makanan yang rendah nutrisi terkait dengan risiko kanker hati yang lebih tinggi serta kanker payudara pascamenopause.
Dilansir Medical News Today, keterbatasan utama dari penelitian ini adalah bahwa para peneliti menganalisis data yang dilaporkan sendiri oleh peserta, sehingga mungkin belum sepenuhnya akurat.
Namun, kekuatan studi terletak pada ukuran dan kekayaan informasi yang dapat diakses dan dapat dievaluasi oleh tim.
Mélanie dan tim berpikir bahwa temuan baru mereka ini cukup solid untuk menyerukan implementasi kebijakan yang lebih baik di lebih banyak negara, mengenai bagaimana makanan diberi label nilai gizi yang tepat. Hal ini dapat mendorong orang-orang untuk memilih makanan yang tepat.
\"Penelitian ini mendukung relevansi FSAm-NPS sebagai sebuah sistem yang mendasari sistem pengumuman jumlah nutrisi untuk label nutrisi, serta untuk ukuran gizi kesehatan masyarakat lainnya,\" klaim para peneliti.
Nah, mulai sekarang Anda harus lebih jeli dalam memilih makanan. Cek kadar nutrisinya jika Anda membeli makanan dalam kemasan. Seperti hasil penelitian yang disebut di atas, makanan rendah nutrisi rentan picu kanker. Oleh karena itu, beralihlah pada makanan yang jelas tinggi nutrisinya! (klikdokter/jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: