Miris! Sosmed Masih Jadi Penyebab Terjadi Pencabulan, Ini Faktanya
Radarlampung.co.id - Angka kasus pencabulan pada tahun 2018 yang masuk ke Unit PPA Satreskrim Polresta Bandarlampung, cukup tinggi atau meningkat dibandingkan tahun 2017 lalu, peningkatan tersebut dikarenakan beberapa faktor. Seperti dari data yang di pegang unit PPA Polresta Bandarlampung, pada Januari sampai September 2018, kasus pencabulan telah mencapai 33 kasus, lebih meningkat dibandingkan pada tahun 2017 yang hanya 25 kasus. Sosial media masih menjadi faktor utama awal mula terjadinnya pencabulan kepada para anak dibawah 18 tahun tersebut. Karena belum bijaknya menggunakan sosial media, yang berujung kebablasan. Kanit PP Polresta Bandarlampung Ipda Elia Herawati mengatakan, kasus pencabulan yang masuk ke Unit PPA, kebanyakan bermula dari pengaruh sosial media saat ini, karena kurangnya pengawasan orang tua. ”Jadi penyebab cabul ini kebanyakan bermula dari sosial media,” ujarnya kepada Radarlampung.co.id, Kamis (18/10). Dimana anak dibawah umur, mudah terpengaruh dengan bujuk rayu yang dilontarkan oleh lawan jenisnya, sehingga berujung dengan pencabulan. ”Misal dari beberapa sosial media kenal laki-laki kemudian komunikasi, menyerahkan nomor ponsel, ketemuan dan pacaran,” jelasnya. Dari beberapa tahun terakhir sendiri, kasus pencabulan mengalami naik turun, misal pada tahun 2016 ada sekitar 50 kasus, kemudian tahun 2017 ada 25 kasus dan tahun 2018 sampai September mencapai 33 kasus. ”Di 2018 ini, pada januari ada 8 kasus, februari ada 4 kasus, Maret ada 3 kasus, April ada 6 kasus, Mei ada 3 kasus , Juni ada 2 kasus, Juli ada 2 kasus, Agustus 2 kasus, September ada 30 kasus,” ungkapnya. Seperti kasus yang sempat ditaganinya, dimana anak dibawah umur mengalami kasus pemerkosaan. ”Setelah dilakukan pemeriksaan memang murni pemerkosaan, namun penyebab awalnya dari perkenalan di sosmed kemudian berlanjut dengan pertemuan,” ucapnya. Laporan pencabulan sendri masuk ke unit PPA, mayoritas dilaporkan oleh orang tua wanita lantern tidak terima anaknya di cabuli. ”Kebanyakan, karena ketahuan oleh orang tua, kemudian orang tua melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian,” kata dia. Ia pun menghimbau kepada para orang tua untuk membangun komunikasi dua arah dengan para anaknya. ”Kebanyakan sekarang orang tua massif, saat anaknya ingin cerita malah marah, sehingga membuat anak tertutup dan enggan menyampaikan maslah atau kelu kesahnya,” terangnya. Kemudian luangkan waktu untuk berbagi cerita dengan anaknya. ”Perlu ada waktu yang diluangkan kepada anak-anak, missal berincang menanyakan masalh ekolah, pergaulan, lingkungan dan lainnya kepada sang anak,” ujarnya. Ketiga lakukan pengawasan kepada anak terkait sosial mediannya, jika belum bijak atau masih labil sebaiknya jangan diberikan ponsel kepada anak. ”Jangan mudah memberikan ponsel kepada sang anak jika masih labil, karena takutnya tidak bijak dalam menggunakannya,” pungkasnya. (pip/ang)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: