Iklan Bos Aca Header Detail

Cerita Nadia Astuti Bangun Bisnis Hampers dan Candy Tower, Ternyata Awalnya Dari Hobi

Cerita Nadia Astuti Bangun Bisnis Hampers dan Candy Tower, Ternyata Awalnya Dari Hobi

RADARLAMPUNG.CO.ID-berkirim bunga, kado, dan bingkisan berkembang pesat. Terlebih pada masa Pandemi Covid-19, banyak orang berkirim bingkisan karena keterbatasan bertemu secara fisik. Bisa dibilang, tren ini menjadi media untuk mengungkapkan perasaan yang tak mampu disampaikan lewat kata-kata. Istilahnya: the next level of saying i love you. Berawal dari tidak punya anak perempuan, Nadia Astuti Putri tidak bisa menyalurkan kreatifitasnya yang cenderung feminin. Ibu dari dua anak laki-laki ini ingin mengoleksi barang serba pink. Jadi, ketika anak perempuan dari teman-temannya berulang tahun, dia selalu menawarkan diri untuk membuatkan goodie bag berisi makanan ringan untuk para tamu. Dari sana, teman-temannya melihat bakat terpendam perempuan cantik kelahiran 1991 ini dalam membuat dan merangkai bingkisan. Salah satu temannya pun memaksa Nadia untuk membuka jasa pembuatan bingkisan atau hampers. Tapi saat itu, Nadia tidak percaya diri karena merangkai hampers hanya menjadi kesenangan sendiri baginya. ”Terakhir, tiga tahun lalu, aku bikin punya anaknya teman aku. Lalu teman bilang kalau aku harus bikin (membuka jasa pembuatan) hampers. Aku nggak mau, takut nggak laku. Tapi tetap dipaksa, pokoknya harus bikin. Dulu awal-awal malu mau update di Instagram. Banyak yang jualan lebih bagus. Tapi temanku terus memotivasi akhirnya aku update di Instagram,” ucapnya. \"\" Warga Jalan Puncak, Kedamaian, Bandarlampung ini pun terus belajar dari temannya yang memang sudah lebih dahulu berbisnis. Tidak hanya belajar tentang manajemen penjualan yang baik dari temannya. Mulai dari promosi di media sosial sampai membuat price list. Pada awal berjualan, dia melakukannya karena senang dan tidak memikirkan untung-rugi. Dia pun pernah mendapat protes dari sang suami karena berjam-jam mendesain produk tapi tidak pernah mendapatkan untung. ”Dulu tuh main tembak harga saja, nggak tahu keuntungannya di mana. Karena senang aja bikinnya. Suami sampe ngomel. Apa jadi yang dikerjain itu? Dari situ, dibantu teman, mulai berani bikin price list, detail banget,” kata dia. Temannya juga yang membangkitkan semangat saat Nadia merasa pesimistis terhadap usahanya tersebut. ”Aku berteman sama yang teman yang punya usaha juga. Usahanya dari dia gadis kan. Dia mau bantu. Jadi kalau aku lagi pesimis, dia yang nge-up (memotivasi),” kaat Nadia yang kemudian melabeli produknya dengan brand ‘Sunglamour’. Seiring waktu, Nadia dan Sunglamour-nya tidak hanya membuat hampers. Dengan promosi lewat jalur pertemanan, Nadia kini juga memproduksi buket bunga, buket uang, mengemas kado, sampai membuat menara permen alias candy tower.Nah kalau candy tower itu, aku yang pertama di Lampung,” klaimnya. Awal ide membuat candy tower yang diperuntukkan bagi anak-anak, karena dia bosan melihat yang sudah ada di pasaran. Biasanya, orang menyusun cokelat dengan rapi berbentuk kue ulang tahun. ”Aku nggak ada malah yang begitu. Aku adanya si tumpahan snack-nya. Kayak acak-acakan, diberantakin begitu,” lanjut dia. Sedangkan untuk packaging kado, kini kliennya sudah menyerahkan desain kepadanya. Klien hanya menyerahkan kado dan tema yang akan diberikan. Lalu Nadia merangkai kemasannya secara estetik. Meski customer memercayakan desain kepadanya, Nadia tetap meriset pemberi dan penerima kado. Dia biasanya mencari tahu karakter dari media sosialnya, ”Jadi aku lihat dulu Instagram orangnya. Ternyata dia suka yang begini. Ada yang suka temanya heboh, soft, macam-macam. Aku nggak bisa memaksakan selera sendiri. Tetap harus bertanya dahulu maunya seperti apa?” kata Nadia. Sedangkan untuk inspirasinya, Nadia mengaku suka berkhayal. Dia tidak pernah ikut pelatihan kemasan dan desain. Tapi dia rajin mengeksplorasi perkembangan dunia dekorasi dari media sosial. Khususnya mempelajari desain buket bunga yang belum ada di Lampung. Nadia menggunakan bunga artifisial. Bukan bunga segar. Tapi tetap estetis. Strategi promosi yang dia lakukan adalah melalui penjualan di lingkaran pertemanannya. Teman-temannya kemudian membantu promosi lewat media sosial. Sesekali, dia juga memberikan endorsement kepada selebgram atau influencer. Target pasarnya adalah ke semua kalangan. Dia mengklaim, produknya termasuk yang murah. Meskipun kelihatannya mahal. ”Pasti begitu, orang melihatnya mahal. Karena banya orang yang belinya dari kalangan menengah ke atas. Dikiranya mahal. Padahal nggak,” kata Nadia yang juga pernah berbisnis kuliner. (dna/wdi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: