Waspadai Slogan Bias Berlabel Agama
RADARLAMPUNG.CO.ID - Pernikahan dini merupakan isu serius yang harus ditangani pemerintah. Bersamaan dengan itu, tantangan untuk menekan permasalahan tersebut kian menguat. Yang juga disayangkan, pada masa sekarang ini, justru sebagian anak muda lah yang mau melaksanakan pernikahan tersebut. Bisa karena penerjemahan ajaran agama yang kurang tepat ataupun mencontoh perkawinan anak yang tersebar luas di media sosial (medsos). Ketua Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Prof. Dr. Siti Musdah Mulia, M.A. menuturkan, medsos tak jarang mempublikasikan informasi tidak kenal perspektif, bahkan dengan wawasan yang masih kurang. Tapi ketika melihat ada contoh, apalagi publik figur yang melakukan banyak kalangan anak muda lantas mengikutinya. \"Yang juga membuat saya cukup miris ada slogan menikah cepat beralasan menghindari pacaran, serta slogan lain berlabel Islam. Makanya kitanya juga harus berjuang di situ, di medsos juga,\" ajak Musdah saat menjadi salah satu pembicara dalam The 1st International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health, di Hotel Sahid Raya, Yogyakarta, Selasa (1/10). Menurutnya, yang juga sedikit disayangkan banyak ulama yang kaku mengintrepretasikan ajaran agama. Juga sejumlah gerakan berlabel agama yang membiarkan terjadinya perkawinan anak semata untuk menghindari terjadinya perzinahan dan pergaulan bebas. Ia meyakini Islam adalah agama yang harus dipelajari dengan nalar kritis dan dipahami secara kontekstual. \"Kini saatnya kita bersama-sama mengembalikan pandangan yang benar tentang islam. Agama bukan sekedar ritual, tapi menyangkut spektrum seluas dimensi manusia itu sendiri,\" ujar wanita yang pernah menjadi staf Ahli Menteri Agama R.I bidang Hubungan Kerjasama Internasional tersebut. Problemnya, ulama yang tercerahkan justru minim gerakan karena salah satunya sangat punya banyak pertimbangan, sehingga kelompok yang justru menjadi kekhawatiran terus bergerak sangat militan. \"Kedepan bagaimana caranya ulama-ulama kita bekali, semisal melalui digital, walaupun hanya dengan membuat dan mengunggah video berdurasi satu menit sekalipun,\" tuturnya. Setiap orang, lanjut dia, dalam konteks sosial jelas harus melakukan upaya transformasi untuk diri sendiri, keluarga, juga masyarakat. Tentunya transformasi yang berujung pada upaya humanisasi, sehingga terbentuklah manusia yang benar-benar menghargai kemanusiaan. \"Kita harus mencoba mengkontruksi kembali terkait family planing,\" tukasnya. (sur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: