PAD Lampung Diprediksi Turun 50 Persen
radarlampung.co.id-Pendapatan Negara berbagai sektor turun, termasuk pendapatan asli daerah (PAD) di Provinsi Lampung. Menurut keterangan Menteri Keuangan Sri Mulyani usai melakukan video confrensi dengan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, penurunan PAD mencapai 34%.
Hal ini diungkapkan Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Lampung Minhairin yang juga hadir dalam vicon tersebut.
”Tadi sudah disampaikan Menteri Keuangan, penerimaan Negara turun, secara nasional PAD turun 34%. Yang jelas perhitungan menkeu tadi segitu, ya 34% mungkin Rp1 triliun lebih lah,” singkatnya.
Sementara Sekretaris Badan Pendapatan Provinsi Lampung A. Rozali prediksi penurunan PAD dari berbagai sektor diperkirakan mencapai 50%. Data yang masuk hingga Triwulan II Bulan Pertama ini baru sekitar 25% saja.
”PAD terbesar untuk Provinsi yang besar penerimaan DBH pusat, lima pajak yang dikelola pendapatan, mulai Pajak rokok, pajak air permukaan, PKB, BBNKB. Ya dampak Covid-19 sudah terasa, terjun bebas penerimaan kita. Triwulan I lima PAD itu sudah masuk 20%, masih termasuk normal. Begitu masuk triwulan II mulai anjlok sampai bulan pertama hanya 25%,” beber Rozali.
Ada berbagai macam factor penurunan PAD ini. Pertama mulai pabrik Yamaha, Honda, menghentikan kendaraan. Otomatis BBNKB terjun bebas, karena pajak dari kendaraan baru itulah pajak bea balik nama. Sementara sektor PKB ini pihaknya mengaku masih terus berupaya, namun dengan keluarnya pergub 18/2020 tentang Pembebasan Denda PKB dan denda BBNKB, masyarakat diberi tenggang waktu hingga 29 mei tanpa denda.
”Ya pasti dengan ini ada kemungkinan pembayaran bisa molor. Walaupun kami memahaminya, dan kami juga sudah tidak berdaya ini. Tetapi kami tetap maksimalkan, menghimbau juga tetap membayar pajak namun kan pasti masyarakat lebih fokus ke membeli makanan. Prediksi kita penurunan PAD bisa sampai 50%. Dana perimbangan dari pusat, semuanya di tangguhkan. Baik bagi hasil, ada yang mungkin disalurkan tapi jangan berharap banyak. Inikan bencana nasional maka di alihkan ke penanganan Covid-19 semua,” tambahnya.
Bahkan, biasanya dalamm satu hari dapat Rp6 miliar sampai Rp7 miliar dari BBNKB dan PKB sekarang hanya Rp2 miliar saja per hari. ”Ya memang daya beli masyarakat hilang, kendaraan juga menghabiskan barang lama. Sementara tidak produksi selama ini. Ya kita berharap Covid-19 segera berakhir dan kita bisa kembali normal seperti semula lagi,” tandasnya. (rma/wdi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: