Iklan Bos Aca Header Detail

Padat Karya Ditengah Pandemi Covid-19, Inovasi Paving Blok dari Limbah Plastik

Padat Karya Ditengah Pandemi Covid-19, Inovasi Paving Blok dari Limbah Plastik

RADARLAMPUNG.CO.ID - Siapa sangka, sampah plastik ternyata bisa di olah menjadi Paving blok. Pengabdian kepada Masyarakat- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung (PKMLPPM Unila). Unila, memberikan pelatihan membuat paving blok berbahan sampah plastik di Desa Margasari, Lampung timur belum lama ini Berawal dari rasa kepeduliannya terhadap lingkungan, merasa prihatin melihat kondisi hutan mangrove di desa Margasari, Lampung timur yang di penuhi sampah. Sampah-sampah itu terjebak di akar yang merupakan nafas dari pohon mangrove selama bertahun-tahun. Maka Tim PkM-LPPM Unila mencoba berinovasi dengan merancang kegiatan padat karya mengubah sampah plastik menjadi paving blok. Yang dapat di manfaatkan oleh masyarakat sekitar. Inovasi merupakan teknologi pengolahan sampah. Bagian dari desiminasi atau hasil penelitian para Akademisi dari Fakultas Pertanian Unila. Hal ini dibenarkan oleh Dosen Fakultas Pertanian sekaligus Ketua Tim PkM Unila, Dr.Melya Riniarti,SP.M.Si yang disampaikan dalam rilis yang diterima Radarlampung pada hari Selasa (29/6). Dijelaskan Dr.Melya, Kegiatan PKM ini merupakan bagian dari pengabdian kepada masyarakat, wujud dari kepedulian terhadap lingkungan. Tujuannya, untuk  menjaga ekosistem mangrove, mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan limbah sampah plastik menjadi paving blok sehingga capaian terakhir nya yakni meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di tengah pandemi covid 19 Lebih rinci, Dr.Melya menyampaikan sampah plastik sangat berbahaya bagi hutan mangrove. Dimana, Plastik yang menutupi permukaan akar mangrove akan menyebabkan tanaman kesulitan dalam menyerap unsur hara, air dan melakukan respirasi. Bila hal ini dibiarkan, maka lama kelamaan pohon mangrove akan mati dan tentu banyak biota yang menggantungkan  diri pada mangrove ikut musnah. Selain itu, ekowisata mangrove yang menjadi andalan masyarakat Margasari juga terganggu kelestariannya. \"Selain akan menyerap sampah plastik dalam jumlah besar, memanfaatkan plastik yang tidak laku dijual, teknologi ini juga relatif mudah diaplikasikan oleh masyarakat karena kami memilih menggunakan  peralatan yang sangat sederhana\" ujar Dr.Melya. Ia meyakini teknologi ini dapat di terima oleh penduduk dan sesuai dengan kebutuhan warga. Sebab sebelumnya tim sudah berkoordinasi dengan kepala desa setempat Wahyu jaya. \"Tim menyerahkan dua perangkat alat pelelehan plastik ,cetakan paving, serta alat dan bahan untuk mempercantik paving. Masyarakat dilatih memilah sampah plastik, melelehkan, mencetak hingga memoles paving hingga siap pakai dan jual,\"tambah Dr. Melya Sementara, Kepala desa Margasari, Wahyu jaya mengapresiasi teknologi pengolahan sampah ini. Ia menyampaikan teknologi ini sangat bermanfaat dalam pendukung produktivitas padat karya warga nya. \"Ini adalah kegiatan positif bagi masyarakat, terutama para pemuda. Selain dapat mengurangi jumlah sampah, diharapkan kegiatan ini akan menjadi kegiatan ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat,\" ujar Wahyu Jaya. Paving blok yang baru di cetak ini, rencananya akan digunakan untuk mempercantik taman wisata Sekar Bahari yang ada di Desa Margasari. Usai pelatihan para peserta diminta berkomitmen paving blok akan terus diproduksi dan dapat diperjual belikan secara masal. Selanjutnya guna  menjamin stok bahan baku sampah plastik, tim PKM menyarankan untuk membentuk bank sampah. Selain itu, untuk menjamin pasokan bahan baku juga akan membuat masyarakat sadar sampah. Dengan demikian kebersihan lingkungan dapat tercipta dan kelestarian mangrove terwujud. Kegiatan pelatihan tersebut melibatkan mahasiswa dari jurusan teknik pertanian dan diikuti oleh 20 orang penduduk sekitar, yang merupakan perwakilan dari 12 dusun, perangkat desa, karang taruna, kelompok sadar wisata dan kelompok kerja ekowisata Desa Margasari. Tim membatasi jumlah peserta guna menghindari kerumunan berskala besar dimasa Pandemi covid19. (gie/rls/yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: