Pembelajaran Jarak Jarak Jauh Pilihan Terbaik Ditengah Pademi Covid-19
Oleh: Rizky Cipta Satria* RADARLAMPUNG.CO.ID-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nadiem Makarim, beberapa waktu lalu menyampaikan keputusan, terkait perencanaan pembelajaraan tatap muka yang akan kembali dilaksanakan pada Januari 2021. Dalam memutuskan kebijakan ini, Mendikbud tidak secara sepihak, melainkan memberikan kebebasan kepada setiap kepala daerah untuk memberlakukan sistem pemebelajaran tatap muka atau tidak. Berdasarkan dari data organisasi kesehatan dunia (WHO), Indonesia menempati posisi tertinggi pada kasus penyebaran virus corona di asia tenggara. Menilik dari keadaan ini, pembelajaran virtual (online) merupakan pilihan yang tepat, sebagaimana yang kita ketahui, dengan sistem pembelajaran yang saat ini masih dilakukan secara daring jumlah pasien yang terinfeksi, akibat virus corona ini masihlah tinggi. Menanggapi putusan Mendikbud, menurut saya pembelajaran tatap muka belum dapat diterapkan di setiap daerah di Indonesia, khususnya daerah yang tingkat penularan virus Covid-19 masih terbilang tinggi. Apabila kebijakan pembelajaram tatap muka secara serentak dilaksanakan tentunya tidak menutup kemungkinan, Indonesia akan terus hidup berdampingan dengan virus ini. Melihat dari culture dan berbagai karakter siswa maupun mahasiswa maka tidak ada yang dapat menjamin peserta didik akan mengikuti aturan protokol dengan semestinya. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, kampus ataupun sekolah merupakan tempat yang menyenangkan untuk bertemu dan bercengkrama dengan teman sebaya, mahasiswa cenderung selalu berkumpul dalam grup disaat mereka pergi ke suatu tempat di kampus, baik itu menuju kelas, ke kantin sekalipun menuju fasilitas ibadah di kampus. Kemudian kita ketahui bersama universitas merupakan tempat berkumpulnya semua mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia. Biasanya mahasiswa mengkuti kegiatan masyarakat setempat seperti, gotong royong, kegiatan keagamaan, dan kegiatan lainnya yang mengharuskan mahasiswa untuk bergabung dalam keramaian. Apa yang ingin penulis sampaikan dari pengalaman ini adalah, jika pembelajaran tatap muka diterapkan ditengah pandemic maka peraturan pemerintah dan anjuran untuk menjaga jarak akan sia-sia. Karena mahasiswa yang berkempul di kampus dan sekitarnya dikhawatirkan akan menjadi episentrum baru dari penyebaran virus corona di Indonesia. Sebagai mahasiswa, penulis ingin menyampaikan saran kepada pemerintah, jika pemerintah memutuskan untuk membuka dan menormalisasikan segala kegiatan dimasa pandemi, pertama pemerintah harus melihat dari sisi epidemilogi, apabila suatu wilayah menunjukan tingkat penyebaran virus yang tinggi maka pembatasan aktivitas di suatu wilayah pemukiman warga harus diketatkan demi menekan angka orang yang terinfeksi oleh wabah tersebut. Kedua, selesaikan masalah kesehatan. Hal ini memiliki arti pemerintah harus menyediakan perlindungan kesehatan untuk masyarakat yang membutuhkan. Penulis menyarankan pelaksanaan swab test harus ditingkatkan, termaksud test PCR. Terutama untuk orang-orang yang berisiko tinggi. Terakhir di kondisi seperti saat ini, pemerintah terutama menteri pendidikan harus lebih memfokuskan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh mahasiswa agar pembelajaran jarak jauh dapat berjalan secara maksimal. Hal ini karena dapat menekan akan angka penyebaran virus di kalangan mahasiswa. Pembelajaran jarak jauh juga dapat membantu Indonesia lebih baik dalam penggunaan teknologi pada bidang pendidikan. Tidak hanya saran untuk pemerintah, penulis juga ingin menyampaikan tiga cara untuk sesama mahasiswa dalam menghadapi pembelajaran jarak jauh selam pandemi Covid-19. Akibat dari pandemi ini, segala hal berbuah dalam sekejap termasuk dalam bidang pendidikan. Kita menyedari perubahan sistem belajar menyebabkan mahasiswa menjadi terbebani oleh banyak hal. Tiga cara ini akan membantu mahasiswa untuk mengatasi perubahan akibat dari pandemi virus corona. Pertama adalah berpakain rapih. Hindari untuk menggunakan pakaian tidur. Mulailah hari dengan berpakaian sebagaimana saat berkuliah seperti biasa agar menciptakan mindset siap menerima perkuliahan, jika tidak hal ini akan mempengaruhi suasana belajar. Kedua adalah menciptakan tempat suasana belajar, baik itu seperti asrama, café ataupun perpustakaan cipatkan tempat belajar dengan suasana semirip mungkin di rumah, karena dapat membantu untuk tetap fokus. Terakhir adalah memahami bahwa tidak masalah untuk merasa gelisah. Menerima banyak tugas melalui perkuliahan jarak jauh tidaklah mudah. Untuk mengatasi ini sebaiknya bertanya pada teman, dan dosen apabila dibutuhkan. Ingatlah bahwa kita semua merasakan hal yang sama. Dan anda tidaklah sendiri. Kembali pada pembahasan utama dikabarkan oleh fox.com. negara Amerika Serikat pada bulan agustus 2020 lalu, pemerintah setempat melaksanakan pembelajaran tatap muka. Meski telah mengikuti protokol kesehatan. Akibat dari kebijakan ini dalam dua minggu sekitar 2000 siswa di AS terkonfirmasi positif terinfeksi virus corona. Kemudian di negara kita sendiri, tepatnya di daerah Jepara, Jawa Tengah. 15 siswa di salah satu SMP swasta terkonfirmasi positif virus covid-19 setelah dilakukan swab test terhadap 150 siswa di sekolah tersebut. Berkaca pada kasus-kasus ini, dari pandangan penulis, pemerintah harus memprioritaskan dan memaksimalkan dalam hal mengontrol penyebaran virus, dari pada membentuk kebijakan pembelajaran tatap muka. Karena kesehatan mahasiswa, dan dosen adalah hal yang harus diutamakan pada saat kondisi yang terbilang tidak aman untuk bertemu secara tatap muka. (*) *Penulis adalah Mahasiswa Jurusan S1 Digital Public Relations, Telkom University 2017
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: