Desakan Penurunan UKT Polinela Berbuah Kabar Baik
RADARLAMPUNG.CO.ID - Aksi mahasiswa Politeknik Negari Lampung (Polinela) mendesak kampusnya memberikan keringanan pembayaran Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada Jumat (12/2) lalu berakhir dengan kabar baik. Presiden Mahasiswa Polinela Muhammad Fadil Akbar yang dihubungi via WhatsApp Minggu (14/2) mengatakan, atas aksi yang digelar Jumat, pihak Polinela berjanji bakal mengakomodir permintaan mahasiswa. \"Sudah ada kabar dari Beni Hidayat selaku Pembantu Direktur (Pudir) III Polinela atas aksi kita, ada diskusi santai dengan beliau di depan perpustakaan Polinela. Di sana beliau memberikan arahan bagi mahasiswa yang membutuhkan, pihaknya bakal memberikan kebijakan penurunan UKT bahkan sampai pembebasan UKT namun dengan syarat. Oleh karena itu, masing-masing lembaga didiskusikan terkait syarat itu agar memudahkan direksi memilih calon penerima penurunan UKT ini,\" terang Fadil. Dia menambahkan, selanjutnya pada Senin (15/2) ada audiensi lanjutan terkait hal ini. Untuk membicarakan jalan tengah. Mungkin dari audensi ini, lanjut Fadil, akan keluar surat edarannya. \"Selanjutnya untuk rencana BEM dan pimpinan lembaga di hari Senin kami akan diskusi lanjutan, tapi tidak menunggu surat itu. Hari ini kami melakukan diskusi internal dengan pimpinan lembaga, gubernur himpunan jurusan, BEM, setelah menyatukan frame kami diskusikan juga kegiatan Senin, siapa yang akan ikut membahas penyelesaian masalah ini bersama jajaran direksi. Setelah audensi akan ada penyelesaian, titik terang, kemudian kalau sudah ada hasilnya nanti mungkin akan ada penjelasan lengkapnya,\" jelasnya. Diketahui dalam aksi yang digelar Jumat lalu, sekitar pukul 13.34 WIB, masa aksi melakukan long march dari titik kumpul menuju titik aksi. Long march dilakukan melawan arus lalu lintas di Jalan Soekarno-Hatta dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Pada saat long march masa aksi berjalan dua banjar sesuai jurusan masing-masing. Kemudian pada pukul 13.46 WIB, masa aksi tiba di depan gerbang Polinela namun tidak diberi akses untuk masuk. Kemudian, masa aksi menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Darah Juang sebagai bentuk cinta tanah air dan perlawanan. Sembari menunggu pimpinan lembaga bernegosiasi dengan satuan pengamanan diisi berbagi orasi dan puisi dari masa aksi. Pukul 14.02 WIB masa aksi mencoba menerobos masuk sehingga terjadi aksi saling dorong antara masa aksi dengan satuan pengaman karena tetap tidak diberikan akses masuk. Aksi saling dorong-mendorong ini sempat terjadi dua kali. Kemudian, pihak direksi meminta 6 perwakilan untuk masuk menemui direksi, namun masa aksi menolak. Pukul 15.32 WIB, setelah sekian lama menunggu masa aksi akhirnya diberikan akses masuk yang sebelumnya pihak satuan pengaman melakukan negosiasi kepada direksi dengan desakan masa aksi untuk tetap memaksa masuk dan meminta pihak direksi menemui masa aksi secara langsung. Pukul 15.40 WIB setibanya di depan perpustakaan Polinela masa aksi dilakukan pemeriksaan oleh pihak keamanan untuk menghindari adanya keterlibatan mahasiswa luar yang tidak berkepentingan. Pukul 15.54 WIB pihak direksi akhirnya menemui masa aksi yang dihadiri oleh Pudir 3, Kajur Ekbis, pihak pengelola keuangan, dan Pembina BEM. Diskusi berjalan panas, saling beradu argumen antara masa aksi dengan pihak direksi yang membahas tentang poin tuntutan. Pihak direksi menyetujui poin tuntutan nomor 1, 2, dan 4. Tetapi, tidak menemukan titik terang dari poin tuntutan nomor 3 yang di mana pihak direksi mengatakan bahwasannya untuk penurunan UKT harus menggunakan persyaratan dan mahasiswa yang berhak mendapat penurunan UKT harus memenuhi kriteria persyaratan yang ditentukan. Kemudian, masa aksi tidak sepakat dengan persyaratan tersebut dan pihak direksi menyudahi diskusi dengan masa aksi karena waktu sudah memasuki adzan maghrib. Selanjutnya mahasiswa kembali ke rumah masing-masing. (rma/sur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: