Pengelolaan DAS Kurang Baik Bikin Petani Menjerit

Pengelolaan DAS Kurang Baik Bikin Petani Menjerit

radarlampung.co.id– Pengelolaan air yang kurang baik, akan berdampak pada kerugian yang dialami masyarakat, Khususnya petani. Atas dasar tersebut, Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Lampung akan berusaha memberikan pemahaman tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal tersebut diungkapkan Ketua PISPI Lampung, Ilham Mendofra dalam Diskusi yang bertema “Balada Petani : Kemarau Kekeringan, Hujan Kebanjiran. Pengelola Air Ngapain aja?” yang dilaksanakan di Dr.Coffe, Rabu (27/2). Menurut Ilham, banyak persoalan yang dihadapi petani. Salah satunya pengelolaan Daerah aliran sungai (DAS) yang kurang. ”Beberapa waktu lalu saya ngobrol sama petani. Mereka mengeluhkan ketika cuaca hujan hasil panen mereka kebanjiran dan saat musim kemarau, mereka kekurangan air. Cuaca ini serba salah. Berarti ada yang tidak baik dalam pengelolaan DAS,”Kata Ilham. Ketua P3A (Perkumpulan Petani Pengguna Air) Propinsi Lampung, Gunawan mengatakan, ada beberapa persoalan yang perlu direhabilitasi dalam pengelolaan irigasi. Diantaranya bendungan Way Sekampung. Terjadi permasalahan saat turun hujan. Dimana, saat hujan turun, sampah-sampah menutupi aliran air, sehingga terjadi penyumbatan. ”Solusinya perlu dibuatkan bangunan penghalau arus di dekat bendungan. Kami berharap pemerintah bisa melihat situasi ini,”ucapnya. Ashadi Maryanto, selaku Analis Data Program DAS pada BPDAS (Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai) menjelaskan, persoalan yang paling utama dalam pengelolaan DAS ini adalah singkronisasi antara BPDAS dengan Pemerintah Kabupaten/Kota maupun Propinsi. Menurutnya, yang terjadi saat ini, BPDAS yang konsisten menangani aliran sungai memiliki acuan dasar dalam mengelola DAS. Namun, dari pemerintah daerah sendiri, dalam membuat RTRW, acuan itu diabaikan sehingga aliran sungai dari hulu ke hilir terjadi permasalahan. ”Sebenarnya, kalau ada singkronisasi antara BPDAS dengan Pemerintah Daerah, saya yakin banjir dan kekeringan tidak seperti ini,”ucapnya. Dia menjelaskan, saat ini ada sekitar 285 DAS yang ada di Lampung. dalam pengelolaan DAS, ada tiga hal pendukung yang menjadi upaya dalam mengelola DAS yakni pendekatan Teknis, Rekayasa Sosial dan Kewirausahaan. ”Ketiga pendukung ini harus ada di sekitar DAS,”katanya. Ketua Forum DAS, Prof Irwan Sukri Banuwa menjelaskan, Air masih menjadi persoalan, dikarenakan air yang seharusnya masuk ke tanah tidak bisa terserap dengan baik. Kondisi saat ini dengan hujan yang intensitas rendah dapat dipastikan kebanjiran di beberapa tempat. ”DAS sekampung, dimana hulunya di bendungan batu tegi sudah mengalami kerusakan. Vegetasi hutan di dekat bendungan sudah berkurang, akhirnya terjadi sedimentasi melebihi batas normal, karena 75 persen vegetasinya sudah rusak. Sehingga debit air yang dimanfaatkan tidak sesuai dengan targetnya,”bebernya. Curah hujan yang sampai bumi, hal yang harus diperhatikan ada pada Infiltrasi (proses masuknya air dalam tanah). Apabila terjadi kerusakan pada permukaan maka jumlah infiltrasi berkurang. Secara alami Hal yang harus dilakukan adalah penanaman tanaman. Selain itu, dengan bantuan manusia adalah membangun bangunan untuk menampung dan memasukan air ke dalam tanah. ”Yang harus kita lakukan adalah menjaga kondisi infiltrasi agar baik salah satunya adalah dengan menanam ataupun membuat biopori, sehingga Ratio Debit maksimum ; Debit Minimum tidak lebih dari 40,”jelasnya.(yud/wdi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: