Pengembang Akui Tak Kantongi Izin Tambang

Pengembang Akui Tak Kantongi Izin Tambang

radarlampung.co.id - Pihak pengembang aktivitas penambangan batu di Jalan Harimau 4 Sukamenantibaru, Kedaton, Bandarlampung mengakui bila tak kantongi izin tambang. Selain itu, pihaknya telah diperiksa Polda Lampung.

Hal itu ungkapkan koordinator sekaligus pengawas lapangan tambang, Dahniar (52) kepada Radarlampung.co.id, saat dijumpai di lokasi tambang, Sabtu (2/11).  Ia juga mengaku telah diperiksa Polda Lampung dan pasrah bila memang tambang harus ditutup.

\"Yang penambang ini masyarakat sini semua. Kalau mau ditutup tidak ada masalah. Cuma kan korbannya banyak amat, berikut anak istri orang (penambang),\" kata warga RT 03 Lk 7 Sukramentibaru itu.

Niang -sapaan akrab Dahniar- menjelaskan akibat longsor tersebut, dirinya sering dipangging Polda dan Polsekta setempat untuk memberikan keterangan terkait peristiwa yang terjadi.

\"Contohnya kayak longsor kemarin, saya besoknya dipanggil Polda Lampung untuk memberikan keterangan atas peristiwa tersebut. Saya jelaskan semuanya,\" bebernya.

Bahkan, dirinya juga sudah mendapat surat pemanggilan dari Polresta Bandarlampung untuk mengghadap Senin (4/10) guna menjelaskan peristiwa tersebut. \"Saya sebenarnya sudah putus asa, sana sini dipanggil lagi dipanggil lagi ke Polresta,\" imbuhnya.

Dilain sisi, Niang mengeluhkan kenapa penambangan yang dilakukan warga tersebut terlalu dibesar-besarkan, padahal yang diketahuinya di Bandarlampung, hanya tiga tempat yang memiliki izin tambang.

\"Yang saya tahu cuma tiga yang memiliki izin tambang resmi. Semuanya se-Bandarlampung ini tak memiliki izin tambang, kenapa cuma kita yang dibesar-besarkan padahal saya bantu warga di sini,\" keluhnya.

Ia mencontohnya, tambang yang berada di Jalan Onta milik CV Bina Mulya yang pernah disegel. Namun, setelah itu masih saja beroperasi yang meski tak memiliki izin tambang.

\"Nah, jujur saja kayak tambang liar milik CV Bina Mulya itu masih beroperasi, dia dapat penghasilan dari perumahan, dan alat belat mereka milik sendiri ada empat unit, gimana engga dapat banyak penghasilan, kita disini untuk makan warga,\" tandasnya.

Dia bilang, meskipun longsong terjadi tiap tahun, namun tidak pernah memakan korban. Sebab, pihaknya paham kapan akan terjadinya longsor, sehingga sampai beradar viral video longsor yang menggemparkan Bandarlampung.

\"Itu anak-anak yang video kan, karena sudah tahu akan longsor. Itu biasa terjadi. Makanya, kami paham betul tanda-tandanya, sehingga takan menimbulkan korban jiwa,\" imbuhnya lagi.

Dala akltivitas tambang, Niang mengaku pihaknya hanya menggunakan satu unit exavator sewa. Biaya rental alat berat tersebut Rp350 ribu per jam. Selain biaya rental, dirinya juga mengeluarkan biaya operator dan bahan bakar solar.

\"Dalam perjanjian sewa itu, sehari itu tertulis 8 jam. Kali saja Rp350 ribu untuk biaya rentalnya. Solar Rp1 juta. operator Rp400 ribu. Begitu seharinya saya keluarkan,\" imbuhnya.

Dalam sehari mobil yang masuk, paling banyak 20 mobil. Satu mobil Rp150 ribu. \"Sedangkan kita harus bagi penambang yang jumlahnya lebih dari 50 orang. Coba, bayangkan berapa pendapan kita sehari, begitu susahnya. Sedangkan, warga di sini mengandalkan dari hasil tambang,\" pungkasnya. (apr/kyd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: