Dinonaktifkan Sementara, Tiga Guru SMK Penerbangan Raden Intan Pilih Undurkan Diri
Radarlampung.co.id - Kecewa dengan keputusan Kepala Sekolah (Kepsek) atas terbitnya surat nonaktif sementara, tiga guru SMK Penerbangan Raden Intan, Bandarlampung, memilih untuk mengundurkan diri. Ketiganya adalah, Wakil Kepala Sekolah (Waka) Kesiswaan, Tri Widiasih; Guru Keprotokolan sekaligus Wali Kelas III, Silvia Nurul Hakim; dan Guru Matematika, Masniari. \"Intinya kami bertiga tidak terima dengan adanya surat dinonaktifkan sementara. Karena isi surat menyatakan secara etika kinerja kerja kamu dianggap tidak sesuai lagi dengan sekolah,\" kata Tri saat dihubungi radarlampung.co.id, Senin (4/3) sore. Meski demikian, Tri mengaku tetap enghargai keputusan Kepsek tersebut. Hanya saja, dia menyatakan memiliki hak juga untuk bertanya. “Kinerja kerja seperti apa dan etika seperti apa yang tidak sesuai dengan sekolah sehingga sampai harus dinonaktifkan,” tanyanya. Adapun isi surat yang ditandatangi Kepala SMK Penerbangan Raden Intan, Suprihatin, S.Pd tertanggal Senin, 25 Februari 2019 berbunyi: “Sehubungan dengan penilaian kepala sekolah tentang kinerja kerja etika guru di lingkungan SMK Penerbangan Raden Intan, maka dalam hal ini Tri Widiasih dengan jabatan Waka Kesiswaan dan guru pelajaran Bahasa Inggris untuk sementara dinonaktifkan dari jabatan dan guru mapel sejak ditetapkan surat ini. Jika dipandang perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Demikian surat ini dibuat tanpa ada tekanan dari manapun\" Sebenarnya, sambung Tri, permasalahan ini sudah dianggapnya clear karena sudah dilakukan mediasi antara Kepala Sekolah dan dua guru yang dinonaktifkan lainnya, Senin kemarin. Menurutnya, pada saat mediasi, kesalahan yang membuat mereka dinonaktifkan sudah terakumulasi. Salah satunya dijelaskan terkait foto bersama dengan siswa pada Sabtu, 23 Februari 2019 di Way Project Wayhalim, karena dianggap tidak berkoordinasi dengan Kepala Sekolah dan menyalahi aturan. Tapi, menurut Tri, dia bersama dua rekannya itu tidaklah menyalahi aturan karena dilakukan saat hari libur sekolah dan tidak terkait dengan aturan sekolah. \"Seharusnya sebagai Waka, kata beliau (Suprihatin, red) waka kurikulum harus berkoordinasi dengan beliau terkait kegiatan anak di luar sekolah,\" ujar Tri menirukan ucapan Suprihatin kala itu. Seharusnya, lanjut Tri, tidak ada masalah karena dilakukan pada hari libur sekolah. “Tidak ada kegiatan sekolah. Seharusnya Kepala Sekolah harus membedakan antara kreativitas dan loyalitas. Biasalah sebagai kenang-kenangan kami foto bareng 12 siswa kami kelas III yang sebentar lagi lulus,\" sesal Tri Selain itu dijelaskan pula, permasalahan foto juga dikaitkan dengan siswa tak mengenakan seragam sekolah. Tapi justru siswa menegenakan seragam osis. \"Kenapa anak-anak memilih pakaian osis, karena menurut mereka kegiatan itu di luar sekolah,\" tambahnya. Secara pribadi, Tri mengaku telah mengikhlaskan keputusan penonaktifannya itu, meskipun dalam mediasi disebutkan Suprihatin hanya misskomunikasi. Sehingga dirinya meminta kepada pihak sekolah tidak mempersulit mereka bila melakukan mutasi atau pindah sekolah. \"Kami minta tidak dipersulit, karena saya kan sertifikasi dan data kami semuanya melalui aplikasi,\" tandasnya. Saat dikonfirmasi kembali, pada Selasa (5/3) Tri mengaku permasalah itu telah clear dan tidak ada masalah. Namun dirinya tidak ingin membicarakan lagi sekolah. \"Saya cuma minta satu jangan sampai saya dipersulit nantinya,\" ujarnya. Saat dikonfirmasi, Masniari mengaku berat untuk meninggalkan sekolah. Namun dirinya merasa mundur menjadi satu-satunya pilihan agar tidak berlarut-larut. \"Saya sayang anak-anak, jadi mending saya mengalah agar anak didik kami nyaman beraktifitas,\" ujarnya. Sedangkan, Silvia Nurul Hakim saat ditanya mengenai persoalan tersebut enggan berkomentar banyak. Melalui sambungan ponsel, Selasa (6/3), ditegaskannya bahwa permasalahan itu sudah clear dan dirinya sudah tidak lagi bekerja di sekolah tersebut. Sementara itu, Kepala SMK Penerbangan Raden Intan, Suprihatin mengatakan bahwa dikeluarkannya surat penonaktifan itu merupakan bentuk tugas dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan agar bawahannya berlaku tertib. Menurutnya, ada kesalahpahaman dan miskomunikasi yang terjadi pada bawahannya. Dia juga merasa tidak bermaksud melakukan pemecatan terhadap ketiga bawahannya tersebut. \"Tidak ada pemecatan, semuanya baik-baik saja, intinya permasalahan sudah clear,\" katanya kepada radarlampung.co.id saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/3) Bahkan, Suprihatin menyayangkan bila bawahannya memutuskan untuk keluar meninggalkan tugas. Namun, dirinya pun tak bisa memaksakan bila hal tersebut sudah menjadi keputusan mereka. \"Tidak ada pemecatan, sudah kita komunikasikan antar kedua belah pihak. Kita damai-damai saja, diantara kita tidal ada masalah karena damai itu indah. Kalau ada kesalah guru itu biasa, saya memahami itu semua, itu sebagai bahan evaluasi saja,\" pungkasnya. (apr/kyd)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: