Perempuan Harus Sikapi Gender Inequality
RADARLAMPUNG.CO.ID - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dengan kaum perempuan memiliki hubungan simbiosis mutualisme yang erat. Hal itu juga yang mampu membawa Indonesia pernah menjadi pioneer keluarga berencana (KB) di dunia. \"Perempuan bisa membuat BKKBN meraih target. Sebaliknya BKKBN juga mengajari perempuan untuk merencanakan siklus reproduksinya,\" ujar Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH Prof. dr. Meiwita Paulina Budiharsana, MPA, Ph.D, dalam The 1st International Conference on Indonesia Family Planning and Reproductive Health, di Hotel Sahid Raya, Yogyakarta, Senin (30/9). Meiwita menuturkan, saat ini baru saja dicanangkan tiga zeros. Yakni zero kematian ibu, zero unmet need, dan zero gender based violence. \"Perlu disadari bahwa perencanaan itu seringkali berada di luar kendali perempuan. Terutamanya perencanaan mengenai kehamilan dan anak yang dikandungnya. Hal ini erat kaitannya dengan kekerasan terhadap perempuan dan kekerasan dalam rumah tangga. Dalam konferensi ini kita akan menyentuh hal tersebut,\" ulas Meiwita. Adapun konferensi ini berlangsung 30 September-2 Oktober 2019. Hal lain, lanjut dia, perempuan memiliki hak yang terkait dengan reproduksinya. Meliputi hak untuk mendapatkan informasi yang penuh dan pelayanan yang baik. \"Kita akan sentuh hal ini dalam diskusi dan penyajian-penyajian sepanjang konferensi ini. Karena inti dari keluarga adalah perempuan,\" kata dia. Lebih jauh diutarakan, dengan industry 4.0 teknologi informasi saat ini memberi banyak peluang untuk menjadi lebih kreatif. Informasi dapat langsung diterima oleh mereka yang membutuhkan melalui telepon dan perangkat teknologi yang dimilikinya. Begitu juga dengan layanan kesehatan dapat juga mulai dilakukan secara jarak jauh. \"Teknologi tidak membatasi kita hanya untuk bertatapan muka. Dengan teknologi informasi bisa lebih banyak yang dijangkau. Yang diperlukan adalah kreativitas,\" ucap dia. Pertanyaannya sekarang adalah seberapa jauh kita mau berinvestasi kepada perempuan untuk kualitas SDM-nya? Bagaimana menyadarkan perempuan atas gender inequality (ketidakadilan gender) yang mereka rasakan atau alami. \"Dengan creative thinking upaya (penghapusan gender inequality) ini bisa dipercepat,\" tegas Meiwita. (sur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: