Peringatan Dini Bahaya Longsor dalam Model 2D (Landslides Early Warning System)

Peringatan Dini Bahaya Longsor dalam Model 2D (Landslides Early Warning System)

Oleh: Andius Dasa Putra, S.T., M.T., Ph.D. Dr. Eng. Nining Purwasih, S.T., M.T. Aminudin Syah, S.T., M.Eng.  Jurusan Teknik Spil dan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung     RADARLAMPUNG.CO.ID-Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik dunia. Pergerakan di batas pertemuan antarlempeng tersebut membentuk proses muka daratan. Pembentukan lereng, bukit, patahan, cekungan, dan gunung berapi pun dapat ditemui di sebagian besar daerah di Indonesia. Kemudian pada umumnya bencana tanah longsor terjadi di daerah lereng yang curam. Tanah longsor adalah berpindahnya material pada lereng yang bergerak menurun atau keluar lereng. Pemicu tanah longsor sendiri bersumber dari sesuatu yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil karena tak dapat menahan gaya geser. Namun di Indonesia, curah hujan merupakan faktor utama pemicu terjadinya tanah longsor. Curah hujan yang tinggi mengakibatkan perubahan tekanan di dalam tanah sehingga terjadi perubahan struktur sampai terjadinya runtuhan. Bencana tanah longsor pun menimbulkan kerugian harta benda dan korban jiwa yang tidak sedikit. Sementara, informasi akan kejadian tanah longsor yang didapatkan masyarakat sekitar terkadang tidak tersampaikan secara cepat dikarenakan kejadian tanah longsor yang begitu cepat. Diketahui bahwa wilayah barat Provinsi Lampung juga merupakan daerah rawan tanah longsor karena sebagian besar terdiri dari material vulkanik muda dan daerah sesar aktif. Wajar jika kejadian tanah longsor setiap tahun pun terjadi di Provinsi Lampung. Oleh karena itu perlu ada identifikasi. Tingkat kerawanan tanah longsor sendiri ditentukan beberapa parameter. Yaitu kemiringan, intensitas hujan, geologi, dan tata guna lahan. Berdasarkan itu, luas wilayah rawan di Provinsi Lampung sekitar 83 % dari luas keseluruhan wilayah. Tentu sistem peringatan dini tanah longsor sangat berguna untuk menginformasikan kejadian tanah longsor berdasarkan tingkat risiko. Informasi yang diberikan sebaik mungkin pun dapat dipahami oleh masyarakat sekitar yang berisiko terdampak tanah longsor. Ada pun penelitian terkait peringatan dini tanah longsor dari tim peneliti Unila di antaranya menggunakan sistem telemetri dengan sensor linier variable differential transformer (LVDT), merancang bangun dengan sensor optocoupler, dan menggunakan citra satelit serta pengamatan global positioning system. Prototipe sistem peringatan bencana longsor dengan indikasi perubahan kemiringan tanah ini dapat digunakan pada wilayah perbukitan yang rawan terjadi longsor. Prototipenya memiliki 4 tingkat peringatan yang diberikan kepada warga, yaitu tingkat 1, 2, 3, dan 4. Manfaatnya sistem ini meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya longsor yang terjadi di alam dan metode pencegahan dini yang perlu dilakukan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: