Dolar AS Tembus Rp15 Ribu, Ini Penjelasan Lengkap BI
Editor:
Redaksi|
Kamis 04-10-2018,18:27 WIB
Radarlampung.co.id - Bank Indonesia (BI) menjelaskan penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang hingga saat ini masih melemah. Adapun berdasarkan data Reuters pada Kamis (4/10), nilai tukar rupiah hari ini terhadap dolar AS mencapai Rp15.189, melemah dibandingkan pagi tadi yang mencapai Rp15.165 per dolar AS.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, selama ini Indonesia masih mencatatkan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) lantaran laju ekspor yang juga masih lebih rendah daripada impor. Nah, CAD yang defisit tersebut turut mempengaruhi suplai valuta asing (valas) yang juga defisit, sementara permintaan terhadap valas tetap tinggi.
Untuk menutupi defisit suplai valas tersebut, diperlukan penanaman modal asing (PMA) yang masuk ke domestik, baik berupa pinjaman luar negeri maupun dalam bentuk portofolio.
Adapun pada periode 2000-2010, transaksi berjalan RI pernah mencatatkan surplus lantaran ekspor yang tinggi. Pada saat itu, memang harga komoditas sedang tinggi, hal ini memberikan berkah pada ekspor kelapa sawit, batu bara dan timah di Indonesia.
\"Namun sekarang sejak 2011, kita kembali mengalami problem CAD, seperti problem yang kita alami dulu sebelum tahun 1998. Itulah yang membuat suplai valas di Indonesia selalu kurang. Selama ini, suplai valas itu ditutup dari PMA yang masuk, maka penting sekali kita harus PMA friendly,\" ujar Mirza di Gedung BI, Jakarta, Kamis (4/10).
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini portofolio yang masuk ke Indonesia tidak sebanyak beberapa tahun sebelumnya. Pada 2017, portofolio yang masuk mencapai USD 20 miliar dan 2016 sebesar USD 26 miliar. Sementara sejak awal tahun hingga saat ini, portofolio masih tercatat lebih banyak yang keluar dari Indonesia (net outflow) sebesar USD 2-3 miliar.
\"Kenapa portofolio outflow? Karena suku bunga AS masih naik terus. Selama suku bunga AS naik terus, maka ekonomi AS yang jaya sendirian. Ekonomi China, Jepang, Eropa melambat, ekonomi AS yang paling strong, maka portofolionya itu balik ke AS,\" jelasnya.
Untuk membuat portofolio kembali masuk ke Indonesia, BI telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 basis poin ke level 5,75 persen sejak awal tahun hingga saat ini. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan tersebut juga untuk menunjukkan bahwa pasar domestik Indonesia masih tetap menarik.
\"Maka dari itu penting sekali, untuk kita menunjukkan kepada investor portofolio bahwa kita mengelola ekonomi yang baik. Maka itu mengapa BI harus kembali menaikkan suku bunga minggu lalu,\" tambahnya. (rlo)