Puluhan Ton Ikan Mati, Petani Gigit Jari Menanggung Hutang

Puluhan Ton Ikan Mati, Petani Gigit Jari Menanggung Hutang

radarlampung.co.id – Matinya puluhan ton ikan air tawar di Bendungan Wayrarem, Kecamatan Abung Pekurun, Lampung Utara (Lampura) membuat para petani keramba apung gigit jari. Tidak hanya mata pencaharian yang hilang akibat gagal panen. Petani pengelola ikan air tawar harus menanggung hutang kepada pemilik pakan. \"Sudah tidak ada apa-apa lagi. Gagal panen. Kita juga punya hutang kepada toko yang menyediakan pakan ikan,\" kata Firman (45), salah seorang petani keramba apung di Bendungan Wayrarem. Pakan ikan, terus Firman, diambil dari penjual di Pasar Sentral kotabumi. Perjanjiannya, pakan ikan akan dibayar. ”Saya punya hutang Rp20 juta kepada penyedia pakan ikan. Sebab, selama pembibitan hingga siap panen, jenis ikan mas harus rutin diberi pakan,” keluhnya. Dalam sehari, satu keramba menghabiskan dua zak berisikan 50 kilogram pakan ikan dengan harga Rp350 ribu per zak. ”Saya memiliki empat keramba apung. Bisa dihitung sendiri jika dikalikan empat bulan. Ini belum masuk upah buruh yang mengangkut pakan,” sebut dia. Senada disampaikan Tami (43), pengelola keramba apung lainnya. Pria yang akrab disapa Minak Tami ini mengaku mengeluarkan uang lebih untuk membersihkan kerambah dari ikan yang mati. ”Jika tidak dibersihkan, maka bibit yang kita tebar nanti akan ikut mati juga. Saya memiliki puluhan keramba. Semuanya dibersihkan dari ikan yang telah membusuk itu,\" kata Tami yang juga anggota DPRD Lampura. Pihaknya berharap Pemkab Lampura dapat memberikan bantuan kepada petani keramba apung di Bendungan Wayrarem. ”Sebagian besar warga Desa Pekurun ini berprofesi sebagai petani ikan air tawar di Bendungan Wayrarem. Jika tidak ada pertolongan, saya yakin petani keramba akan gulung tikar,\" tegasnya. Terpisah, Kepala Dinas Perikanan Lampura Sany Lumi menyatakan belum ada bantuan untuk petani keramba apung. Ini terkendala minimnya anggaran untuk pengadaan bibit ikan. ”Peristiwa ini sudah beberapa kali terjadi. Sudah kita laporkan. Baiak ke provinsi maupun pusat. Sayangnya bantuan bibit ikan memang tidak ada,\" terangnya. Meski begitu, Sany mengaku sudah membentuk guna mendata petani keramba apung yang terkena musibah gagal panen. Tim juga melakukan pengecekan untuk mengetahui penyebab matinya puluhan ton ikan itu. ”Sampel air bendungan, ikan yang mati dan keterangan sejumlah petani sudah diperolah. Selanjutnya kita melaporkan hal itu ke DKP provinsi. Semunya untuk pengujian lab, memastikan apa penyebab matinya ratusan ton ikan tersebut,\" ujarnya. Dilanjutkan, berdasar data yang diperoleh, pada Kamis (2/1), sekitar 40 ton ikan mati. Kemudian hari kedua sebanyak 30 ton. ” Data ini kita ambil dari petani keramba yang ikannya mati serentak tersebut,\" sebut dia. (ozy/ais)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: