Harga Cenderung Rendah, Petani Diminta Pantau Kondisi Pasar Lada Hitam

Harga Cenderung Rendah, Petani Diminta Pantau Kondisi Pasar Lada Hitam

RADARLAMPUNG.CO.ID - Harga lada hitam langsung dari petani hingga akhir November 2019 tercatat Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunnak) Lampung mencapai angka Rp24 ribu per kilogram (Sumber Data Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Lampung). Jumlah ini dianggap cukup rendah mengingat produksi hingga pasca panen membutuhkan waktu dan perhatian lebih saat bertani lada. Harga Rp24 ribu per kilogram menurut Kepala Disbunnak Lampung Edi Yanto salah satunya karena saat ini penghasil lada tak hanya dari Indonesia. Melainkan ada beberapa negara penghasil lada, mulai Vietnam, Kamboja, dan Brazil yang turut memberikan suplai dan demand pada kebutuhan lada berbagai negara lainnya. \"Soal harga memang terkait suplai dan demand. Berapa total produksi di tingkat nasional dan internasional, kalau suplai banyak maka harga turun. Maka itu selain kita melakukan peningkatan produksi dan produktivitas kita melakukan upaya memperbaiki kualitas pasca panen,\" beber Edi. Menurutnya, Lampung sebagai provinsi penghasil lada hitam saat ini fokus pada beberapa hal. Terutama dalam mengelola pasca panen. \"Kita memperbaiki kualitas, terutama pasca panen. Kami memantau informasi pasar. Kami menyarankan petani untuk menyimpan lebih dahulu sampai harga membaik,\" tambah Edi. Edi melanjutkan, dengan menyimpan, ketika harga lada hitam bagus petani bisa melakukan inisiatif melakukan pemeliharaan di pertanaman. Sehingga produksinya bisa lebih tinggi. \"Karena jika produksi tinggi namun harga tak stabil pendapatannya kan kurang,\" lanjutnya. Selain itu ada gagasan hilirisasi produk lada. Nantinya, produk tidak hanya dibentuk dalam bentuk lada belum diolah. Di mana salah satunya bisa buat minyak lada. \"Karena kebutuhan tingkat lokal tidak banyak. Maka harus mencari pasar baru di luar daerah. Harapannya kedepan ada para investor berinvestasi di sini, misalnya pengelolaan minyak lada itu. Kami juga meminta para petani menghitung kebutuhan real. Sehingga mereka tahu kapan bisa melepas lada itu,\" lanjutnya. Pemprov Lampung, kata dia, juga berusaha melakukan branding image lada di Lampung dengan harapan konsumsi lada hitam lokal meningkat. \"Kedepan kami juga membangun image dan branding branding, bahwa lada bisa digunakan apapun dengan mengupayakan konsumsi dalam negeri bisa tinggi. Contohnya kuliner dengan lada mulai sapi lada hitam, ayam lada hitam. Jadi di-branding kalau lada hitam bisa lebih bagus. Keuntungannya secara lokal bisa memperluas pasar,\" tandansya. (rma/sur)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: