Harga Rampai Anjlok, Distan Prediksi Tak Lama

Harga Rampai Anjlok, Distan Prediksi Tak Lama

RADARLAMPUNG.CO.ID - Harga buah rampai ditingkat petani mengalami penurunan drastis mencapai Rp2 ribu per kg dari harga sebelumnya Rp3 ribu. Makin diperparah, tidak adanya penampung membuat petani makin sengsara.

Kepala Dinas Pertanian (Distan) Kota Bandarlampung, Agustini mengatakan, fenomena bulan ini, diluar kebiasaan. Padahal, seharusnya harga bulan-bulan ini petani rampai seharusnya justru memperoleh hasil.

Dia mengungkapkan, menurunnya harga ditingkat petani, disebabkan karena jumlah yang melimpah sedangkan permintaan pembeli justru berkurang drastis. Lantaran, dimasa pandemi Covid-19, pembeli pun berkurang yang datang ke pasar.

\"Kami sebenarnya, menyarankan kepada petani, jangan menanam rampai terlalu banyak. Seharusnya, satu rantai saja masing-masing petani. Ini malah ada yang sampai tanam tiga rantai atau empat rantai, barang banyak tapi pembeli kurang,\" katanya kepada Radar Lampung, Senin (5/10).

Menurutnya, pihaknya telah mengomunikasikan ketingkat petani untuk menjual hasil tanam secara langsung ke masyarakat. \"Sudah kita usulkan ke petani untuk menjual langsung, contohnya ke kantor-kantor. Kalau di kantor kita malah beli Rp5 ribu per kg,\" ujarnya.

Ditambahkannya, bahwa justru harga komuditas lainnya meningkat, sepeti cabai-cabaian yang hingga Rp20 ribu per kg. Hal itu disebabkan karena, permintaan stabil dan jumlah barang cukup sedikit. Sesui dengan hukum permintaan.

Pihaknya memprediksi, fenomena semacam ini tidaklah lama, dengan catatan bila minat pembeli terhadap rampai berangsur normal. \"Ya, mungkin bulan depan sudah normal lagi. Sayangnya kalau rampai-rampai ini permintaan dari luar provinsi kurang, di jawa aja saya rasa sudah berkecukupan, peemintaannya sedikit,\" urainya.

Di sisi lain, Kepala Dinas Perdagangan Kota Bandarlampung Adiansyah mengaku, pihaknya tidak bisa memprediksi kapan harga rampai akan kembali normal. Namun, berdasarkan pengalaman fenomena semacam ini tidaklah berlangsung lama.

\"Kalau sampai kapannya, kita ga bisa memprediksi, engga lama biasanya,\" ujarnya kepada Radar Lampung.

Disampaikannya juga, kalau pihaknya tidak bisa memastikan apakah fenomena ini hanya terjadi di Bandarlampung atau se-Indonesia. Akan tetapi, dirinya memastikan penyebabnya lantaran permintaan yang berkurang sedangkan jumlah panen melimpah, dimusim hujan saat ini.

Sebelumnya, hampir satu bulan masa panen rampai di Kedaung, Kemiling berlalu. Namun rampai petani dibiarkan menempel di batangnya. Tanpa dipetik.

Itu dikarenakan tidak ada penampung yang mau menampung rampai tersebut. Sehingga membuat petani pasrah dan memberikan rampai tanamannya ke masyarakat.

Mudmainah (79), salah satu petani rampai menuturkan, dirinya telah lama menjadi petani rampai, namun baru kali ini tidak mampu mengembalikan modal dan menjual rampai hasil taninya.

“Sudah hampir satu bulan setengah masa panen ini berlangsung. Namun sama sekali tidak ada yang mau membeli dan menampung rampai ini,” ujarnya kepada Radarlampung.co.id, Minggu (4/10).

Padahal, dirinya telah menghabiskan modal cukup besar untuk menanam rampai seluas 3,5 rantai atau 15.000 m2. “Ya pupuk saja sudah habis Rp975 ribu, cangkul tanah Rp1,5 juta, belum obat dan lainnya,” tuturnya.

Tidak adanya yang menampung rampai ini, menurut Mudmainah tidak terlepas dari pandemi Covid-19. “Memang gak laku, penadahnya gak ada. Lagi (pandemi) Corona jadi yang beli dikit-dikit,” ucapnya.

Dirinya memperkirakan hasil panen yang tidak laku dijual mencapai satu ton. “Ya sekitar satu ton ini, kalau laku seribu per kg tentu sudah balik modal, tapi ini gak sama sekali. Biasanya harganya Rp3 ribu per kg,” terangnya.

Kini, dirinya lantas mempersilahkan warga untuk mengambil secara cuma-cuma. “Ya saya bagikan ke tetangga dan lainnya, siapa yang mau ambil petik saja di kebun,” ungkapnya.

Dirinya berharap pemerintah memberi perhatian khusus ke para petani yang saat ini terdampak Covid-19 ini. “Dibantu lah seperti modal. Atau Dinas dapat menampung hasil panen kami,” ujarnya.

Senada disampaikan Sugito (54) petani rampai lainnya. Dirinya pun mengiklaskan tanamannya diberikan ke warga. “Dari pada busuk dan gak ada yang nampung,” ucapnya.

Menurutnya, ada puluhan petani rampai di seputaran Kelurahan Kedaung ini. ” Kita berharap adanya perhatian pemerintah di saat seperti ini. Serta diberi solusi,” ungkapnya. (apr/pip/yud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: